Di Negara maju, bisa saja kampanye anti rokok sangat gencar dilakukan. Namun disini saham perusahaan rokok diminati oleh investor asing. Diperkirakan investor asing yang paling banyak memborong penambahan saham sebuah perusahaan rokok, hingga kapitalisasi harian transaksi saham tembus diatas 1 milyar dollar.
Biasanya kapitalisasi harian transaksi saham di bursa Cuma di kisaran 5-7 trilyun rupiah. Itupun dengan mayoritas didominasi oleh investor domestik. Namun tidak untuk kemarin, dimana investor asing banyak yang melepas saham yang sudah dimiliki dan memburu saham perusahaan rokok tersebut.
Memang investor asing ramai memborong saham perusahaan rokok, tapi bukan berarti ada dana asing yang masuk. Ini terlihat dari posisi rupiah yang justru melemah terhadap dollar. Ternyata investor asing ini melepas saham yang ada dan memburu saham perusahaan rokok tersebut.
Diprediksi prospek perusahaan rokok masih bersinar di Indonesia. Seperti diketahui mayoritas penduduk Indonesia adalah perokok aktif dengan rentang usia yang sangat lebar, dari usia sekolah, usia produktif sampai usia lanjut. Memang belanja masyarakat Indonesia pada rokok ini bisa melebihi kebutuhan pokok lainnya.
Kampanye anti rokok yang dilakukan oleh pemerintah masih kalah dengan gencarnya iklan rokok dan konsumsi rokok yang sudah mendarah daging. Industri rokok bisa tumbuh subur dengan pertumbuhan yang cukup lumayan. Meskipun ancaman kampanye anti rokok pada jangka panjang bisa menjadi tekanan bagi industri rokok ini ke depannya.
Di Negara maju perlahan tapi pasti, industri rokok sudah mengalami kepunahan. Ini dengan regulasi yang ketat, seperti rokok putih tanpa merek hingga pembatasan penjualan lainnya. Semua ini dilakukan karena memang efek negatifnya sudah dilihat lebih merugikan dari sisi ekonomi dan kesehatan.
Disini industri rokok telah membawa pemiliknya menjadi jajaran orang terkaya di Indonesia. Pola hidup perokok aktif di masyarakat Indonesia yang begitu royal ini telah menyumbang kekayaan bagi para konglomerat Indonesia. Padahal bila dilihat mereka yang royal dalam merokok ini, penghasilannya pas-pasan, lebih sering penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat sudah jatuh ke dalam budaya dan kebiasaan merokok hingga mengorbankan kehidupan maupun ekonomi mereka. Ada istilah lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Hal inilah yang membuat prospek industri rokok sangat cerah di Indonesia, hingga investor asing yang notabene anti rokok, masih mendukung industri rokok. Ini tentunya kalau bicara soal uang, tidak ada hubungannya dengan prinsip.