Profit taking di bursa saham sudah bisa diduga setelah kenaikan yang cukup tinggi pada beberapa hari yang lalu. Apalagi dengan aksi beli yang irasional atau gelontoran stimulus oleh pemerintah. Bursa pada akhirnya kembali ke kondisi sebenarnya, dengan aksi beli oleh investor domestik dan aksi jual oleh investor asing.
Kondisi ini memang warna asli dari pasar keuangan, tanpa gelontoran stimulus maka IHSG akan terus memerah. Tekanan ini terjadi meski pemerintah sudah habis-habisan dalam memberikan insentif dan kemudahan investasi. Nampaknya investor masih pesimis akan prospek ke depannya.
Pemerintah masih saja belum melakukan reformasi ekonomi seperti yang diharapkan oleh pasar. Akibatnya net capitol outflow semakin membesar, dan ini terjadi hampir di semua Negara emerging market. Diperkirakan ini akan memukul pasar keuangan dan kondisi riil Negara tersebut, termasuk Indonesia.
Memang gejolak ekonomi global atau perlambatan ekonomi yang terjadi sudah mempengaruhi semua Negara berkembang. Indonesia yang selama ini memiliki kinerja yang mantap di bursa saham, harus rela menjadi yang terburuk dari beberapa bursa indeks dunia. Dari data terakhir IHSG sudah susut lebih dari 20 persen dalam setahun ini.
Pemerintah dengan daya upaya menghadang segala pengaruh perlambatan ekonomi dengan melakukan deregulasi investasi, memberikan insentif dan bantuan pada beberapa industri keuangan. Meskipun hasilnya tetap belum menyakinkan pasar, hendaknya pemerintah bisa evaluasi dan belajar dari kebijakan yang dikeluarkan.
Tentunya dengan evaluasi yang tepat akan diketahui, bahwa tidak ada langkah yang manjur selain reformasi total struktur ekonomi. Ini berarti harus merombak total anggaran belanja yang sebenarnya sudah lama tidak disukai oleh pasar. Meski anggaran sudah minim subsidi bagi energi, tapi masih menempatkan kondisi fiskal yang beresiko.
Pemerintah masih meniru cara lama dari pemerintah sebelumnya. Ini yang membuat pemerintah terjebak dalam laju perlambatan ekonomi. Padahal dengan kondisi yang sama, India berhasil keluar dari tekanan perlambatan. Banyak investasi yang mengalir deras ke India, jauh mengalahkan Indonesia. Sebagai Negara sama-sama emerging market, India lebih berhasil dalam menerapkan kebijakan ekonomi yang tepat dalam mengaet investasi.