Diperkirakan sejak “black Monday”, dana asing yang keluar sudah cukup banyak. Bila dibandingkan dengan kapasitas cadangan devisa, maka masih bisa dikendalikan. Namun dikawatirkan investor lokal yang bermain di valas yang bisa merubah kondisi rupiah.
Aturan BI yang mulai mengetatkan pembelian valas non bisnis sebenarnya sudah baik. Hanya memang tetap akan kebobolan bila kondisi ekonomi tak kunjung membaik. Memang banyak indikator yang harus dicermati pemerintah, sehingga bisa berhemat dalam membelanjakan dollar.
Salah satunya tentu kebutuhan migas impor yang sangat besar. Diperkirakan pertamina adalah pengguna dollar yang paling besar. BUMN satu ini memang sejak 2011 lebih banyak impornya daripada ekspor migasnya, akibatnya perlahan tapi pasti mempengaruhi ketahanan rupiah.
Meski subsidi BBM dihapus tetap tidak akan bisa menghadang laju konsumsi BBM maupun laju impor BBM. Disini perlu langkah diversifikasi energi, seperti konversi ke gas atau sumber energi lainnya. Konsumsi BBM minyak harus ditekan seminimal mungkin.
Juga harus ada perubahan dalam mode transportasi masal ke penggunaan gas sebagai sumber energinya. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan laju pertambahan kendaraan bermotor harus juga disikapi sebagai ancaman bagi ketahanan rupiah. Soalnya dengan kondisi minyak yang impor maka akan membutuhkan dollar yang banyak.
Saat ini masalah yang dihadapi adalah kaburnya investor asing dari pasar keuangan. Ini sudah terjadi sejak setahun yang lalu dan pemerintah nampaknya tak mampu menghadangnya. Cadangan devisa semakin tergerus untuk menggantikan dana asing yang keluar tersebut.
Bila ini terus menerus terjadi bisa dibayangkan rupiah akan terus tertekan. Pada akhirnya rupiah akan terus melemah sampai ke titik keseimbangannya. Tentunya ini sangat buruk bagi perekonomian. Oleh sebab itu perlu langkah antisipatif yang lebih cepat dalam merespon kondisi yang ada.
Beragam aturan yang dikeluarkan oleh BI diharapkan tidak terlalu proteksionis hingga bisa menghambat investasi. Aturan harus dilonggarkan saat kondisi valas terkendali. Selamanya aturan pengetatan valas akan sangat menghambat iklim investasi.
Di masa depan pemerintah harus memiliki kebijakan yang tepat dalam mengendalikan perekonomiannya. Jangan terpaku pada pertumbuhan konsumtif yang lebih membawa rupiah dalam tekanan, lebih baik merubah kebijakan ekonomi produktif yang berorientasi ekspor. Ini akan bisa membawa ketahanan rupiah menjadi lebih baik.