Boleh dibilang dalam setahun ini pemerintah gagal dalam mengelola sebuah pasar keuangan yang menguntungkan. Anjloknya mata uang rupiah dan ambruknya bursa saham adalah indikator yang tidak bisa terbantahkan. IHSG sudah susut lebih dari 16 persen, terburuk dari jajaran bursa ternama dan rupiah sudah melemah lebih dari 17 persen, terburuk setelah mata uang ringgit.
Bila disanggah dengan alasan adanya faktor eksternal, maka banyak Negara yang bisa bertahan dan bergerak ekonominya. Namun ini tidak untuk pasar keuangan kita, yang mengalami penyusutan yang sangat merugikan banyak investor. Juga telah menghancurkan seluruh sendi ekonomi, seperti angka kemiskinan yang semakin meningkat.
Diduga kegagalan pemerintah dalam menghadang gejolak ekonomi global adalah akibat dari lemahnya analisa data, lemahnya pemahaman persoalan ekonomi yang ada, lemahnya meletakan prioritas dalam kebijakan ekonomi hingga manajemen ekonomi yang tidak padu. Banyak persoalan timbul akibat penyelesaian masalah yang menimbulkan masalah baru, hingga berubah menjadi lingkaran masalah yang tak kunjung usai. Investor maupun publik lebih disuguhi dengan ramainya debat dan kegaduhan yang membuat persoalan ekonomi menjadi terabaikan.
Investor dalam hal ini lebih memandang pada prospek investasinya. Dengan melihat indikator ekonomi yang semakin suram, maka tak ada pilihan lain selain kabur dan meninggalkan portofolio investasi rupiah. Ini bisa dikatakan mosi tidak percaya terhadap pemerintah dalam mengelola pasar keuangan. Meskipun bisa disebut lumrah, saat investor datang dan pergi, namun bila eksodus besar-besaran dari pasar uang, maka berarti ada yang tidak beres di perekonomian kita.
IHSG sejak “black Monday” terjadi, investor asing terus-terusan melakukan aksi jual. Hanya sehari melakukan aksi beli, itupun tipis angka transaksinya. Boleh dibilang mereka meninggalkan pasar uang Indonesia dan hanya sebagian kecil masih memegang portofolio investasi untuk jangka panjang.
Memang untuk prospek investasi dalam jangka pendek atau setahun ini sudah sangat suram. Untuk jangka menengah juga masih menjadi keraguan, karena investor belum yakin bahwa pemerintah bisa bangkit dengan cepat. Akhirnya hanya investasi jangka panjang yang menjadi pilihan, bagaimanapun pasar keuangan Indonesia masih memiliki potensi yang besar, hanya saja tidak tahu sampai kapan tim ekonomi ini bisa bekerja dengan optimal.