Dari data yang ada saat penghapusan subsidi BBM, angka kemiskinan melonjak lebih dari 10 persen pada bulan maret lalu. Bila dihitung lagi mungkin angkanya bisa bertambah seiring inflasi yang tinggi dan rupiah yang semakin melemah. Data ini juga didukung dengan melonjaknya pula angka pengangguran.
Sebenarnya data kemiskinan yang terupdate, harusnya sudah dirilis oleh BPS dan dipaparkan dalam laporan nota keuangan kemarin. Ada kemungkinan memang menunda laporan tersebut atau memang menunggu waktu yang tepat. Ini mengingat sudah diprediksi angka-angkanya akan semakin memprihatinkan.
Boleh dibilang lesunya perekonomian telah membuat naiknya angka pengangguran, banyak terjadi PHK di mana-mana. Diperkirakan angka pengangguran bisa diatas 7 persen. Demikian pula dengan indeks kesejahteraan yang pastinya makin memburuk.
Kondisi ini tak lepas dari perlambatan perekonomian yang sudah berjalan sejak tahun kemarin. Pembangunan terasa tidak memberi hasil, bila angka kesejahteraan rakyat semakin menurun. Bukankah pembangunan buat mensejahterahkan rakyat?
Pemerintah dalam hal ini harus segera mencari langkah strategis dalam mengatasi naiknya angka kemiskinan ini. Bukan tidak mungkin efek sosialnya akan mempengaruhi stabilitas negeri ini. Pemerintah dengan dana yang besar, hendaknya sudah memiliki formula atau kebijakan agar bisa cepat keluar dari perlambatan ekonomi ini.
Situasinya memang tidak menguntungkan sama sekali, inflasi tinggi dengan kondisi kemarau panjang yang menyulut kekeringan, diperkirakan akan memberi dampak buruk pada sektor pertanian. Tempat dimana mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan nasibnya. Sektor pertanian bisa jadi akan mengalami kesulitan yang sangat besar.
Ini disusul dengan para buruh yang terdesak pula dengan kondisi perekonomian yang melambat. Ada banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya, tentunya dengan pesangon yang akan habis dalam beberapa bulan. Disini memang perlu segera menciptakan lapangan pekerjaan dengan mempercepat serapan anggaran yang sangat lelet pada beberapa kuartal.
Persoalan ekonomi memang carut marut dan diperkirakan akan membebani mayoritas rakyat bawah. Meskipun bila dilihat pameran mobil masih ramai, tapi kondisinya bisa bertolak belakang dengan kawasan di pedesaan dan di kampung nelayan. Harus sudah ada langkah cepat dalam mengangkat mereka dari kemiskinan.