Krisis ekonomi yang menghantam negeri jiran, diperkirakan akan berpengaruh pada nasib para TKI disana. Diharapkan pemerintah lebih proaktif, menyediakan layanan yang lebih baik dalam menyambut kemungkinan kepulangan para TKI ini. Terutama di daerah perbatasan yang sering jauh dari jangkauan pihak Jakarta.
Dari pengalaman yang sudah-sudah, seperti saat pemulangan TKI besar-besaran tahun 2002. Pemerintah harusnya bisa belajar dari kasus nunukan yang tidak hilang dari ingatan publik. Perhatian yang kurang akan nasib TKI membuat kaum bawah ini menjadi kalangan yang terbuang.
Sangat ironi dengan perlakuan negeri tetangga philipina waktu itu, dimana presiden Arroyo dengan penuh perhatian menyambut para warga yang terusir di pelabuhan. “welcome home, our hero” adalah hal pertama yang terucap, disertai perlindungan atas nasib mereka. Kondisi ini harusnya bisa menjadi contoh bagi pemerintah kita.
Kondisi ekonomi Malaysia memang sedang melewati masa kritis dan krisis. Ada persoalan ekonomi dan politik yang cukup berat. Anjloknya ringgit lebih dari 30 persen dan persoalan korupsi, membuat PHK masal bisa tak terhindarkan, salah satunya adalah nasib para TKI di sana yang menjadi tak menentu.
Bukan berprasangka buruk atas ekonomi Malaysia, tapi pengalaman lambatnya respon Jakarta atas kasus-kasus TKI dan kondisinya di perbatasan, membuat publik mencemaskan kondisi yang akan terjadi. Jakarta juga sedang dipusingkan dengan kondisi rupiah yang juga melemah. Ini sudah menyita waktu dan perhatian pejabat di Jakarta.
Namun hendaknya tidak melewatkan kondisi terburuk yang mungkin terjadi pada TKI di Malaysia. Bagaimanapun nasib mereka juga diujung tanduk, menghadapi ketidakpastian ekonomi di Malaysia yang bisa sewaktu-waktu merubah nasib mereka. Publik berharap kasus nunukan tahun 2002 adalah peristiwa terakhir dan tak terulang lagi.
Respon Jakarta harus lebih baik, dengan menyediakan layanan langsung, menampung mereka yang kena PHK dan memulangkan mereka ke tempat asalnya. Para TKI ini sudah cukup banyak jasanya bagi negeri ini, menyumbangkan banyak devisa, mencari pekerjaan sendiri, tanpa pernah Negara bisa menyediakannya. Hendaknya kepulangan mereka jangan dipersulit dengan biaya yang tak manusiawi, lindungi mereka dari calo atau tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.