Pelemahan rupiah yang cukup dalam tidak dipungkiri atas ulah hot money yang dengan mudahnya lari sesukanya. Mereka rata-rata bermain di sektor keuangan seperti pasar modal, surat utang, obligasi, segala bentuk portofolio investasi yang mudah cair tanpa batas atau ikatan. Kondisi ini sebenarnya yang menjadi ancaman bagi perekonomian rupiah.
Memang kita tak bisa pungkiri, ketergantungan atas dana asing ini sangatlah besar. Di era globalisasi, investor bisa dengan mudahnya menempatkan investasinya di manapun berada. Selama portofolio investasinya menguntungkan, mereka akan tetap bertahan.
Diperkirakan hampir 30 persen pasar keuangan kita dikuasai oleh dana asing. Ini berarti ada kemungkinan rupiah beresiko jatuh dalam waktu singkat sebesar 30 persen, bila semua dana asing ini keluar. Jumlah ini sebenarnya cukup kecil, bila dibandingkan sebelumnya yang mencapai mayoritas di pasar keuangan kita.
Pada saat krismon 98 diperkirakan pasar keuangan dikuasai oleh dana asing. Bisa dilihat akibatnya saat dana tersebut keluar semua dan menghantam rupiah saat gejolak terjadi. Namun perlahan dana asing ini sudah mulai bisa diimbangi oleh pertumbuhan middle class yang mulai masuk ke pasar keuangan.
Boleh dibilang suatu keberuntungan pada masa sekarang, dimana setelah era krismon 98, terjadi penggelembungan golongan menengah di Indonesia. Ini membuat kondisi krisis bisa ditekan tidak separah seperti saat krimon. Hanya saja beberapa dari mereka juga memiliki akses investasi di luar.
Mereka inilah yang dibesarkan saat era kejayaan emas hitam atau batubara. Banyak golongan menengah yang sukses dari bisnis batubara dan memiliki akses ke pasar keuangan. Golongan inilah yang sebenarnya menentukan nasib negeri ini. Lihat saja meski daya beli masyarakat menurun, golongan ini masih meramaikan pameran otomotif dan mencetak angka penjualan mobil yang fantastis.
Golongan ini bisa dengan mudah membaca kondisi politik dan kebijakan ekonomi yang sedang dijalankan. Nampaknya mereka meragukan prospek ekonomi rupiah, hingga banyak portofolionya berbentuk dollar. Makanya kalau ada yang bilang pelemahan rupiah akibat faktor eksternal, tidak sepenuhnya benar.
Bila pemerintah bisa menyakinkan para investor atau golongan menengah ini, sebenarnya dengan mudahnya gejolak rupiah bisa diatasi. Ketidakpercayaan mereka memang beralasan dan ini yang menjadi tugas pemerintah untuk menyakinkan mereka, bahwa ekonomi rupiah bisa tumbuh dan sustainable. Saat ini ekonomi tumbuh, tapi inflasinya tinggi, ini yang tidak benar.