Dilema Kebijakan Serba Impor

23 August 2015

Gejolak harga bahan pangan memang sangat membinggungkan dan meresahkan. Tiap hari selalu disuguhi dengan berita naiknya harga bahan pangan ini, itu, lalu disusul respon pemerintah untuk impor bahan pangan tersebut. Ini seakan kita tidak memiliki stok bahan pangan yang memadai.

Padahal Negara sebesar ini dengan 250 juta penduduk lebih, tidak bisa dikelola dengan cara main impor. Soalnya bisa keburu harga bergejolak dan mengancam harga pangan lainnya. Persoalan logistik pangan harusnya sudah bukan persoalan Negara sebesar ini.

Lagian bila selalu main impor akan mempengaruhi system produksi bahan pangan tersebut. Seperti diketahui setiap impor bahan pangan akan menekan harga bahan pangan lokal dan bisa menghancurkan system produksi bahan pangan tersebut. Namun bila tidak impor, bisa-bisa harga akan terus naik dan menyebabkan inflasi yang semakin tinggi.

Ini yang selalu menjadi alasan impor, persoalan klasik inflasi menjadi kambing hitam kebijakan impor. Padahal Negara besar harus punya stok logistik, seperti sebuah rumah tangga yang akan memiliki kulkas untuk stok konsumsi sehari-hari. Jadi tidak bisa asal main beli atau impor, untuk kualitas Negara harusnya impor ini sudah terencana.

Negara besar harusnya memang segala kebutuhan impor direncanakan, karena memiliki implikasi yang beragam. Ada akibat yang buruk bagi impor yang serampangan dan mendadak. Maka disini pentingnya data stok bahan pangan yang update.

Pemerintah harus memiliki data stok pangan dan data konsumen yang selalu update. Maksud dari update ini bukan berarti sekedar tahu kondisi stok, tapi juga tahu akan respon yang harus dilakukan akan stok pangan yang menurun. Tentunya tindakannya tidak main impor, tapi menyelesaikan dulu penyebab turunnya stok bahan pangan ini.

Bisa saja dengan melihat kondisi system produksi pangan, mana yang perlu dibantu agar produksinya bisa mencukupi stok pangan. Jadi dari data stok pangan yang menurun tidak langsung direspon dengan main impor, melainkan dengan langkah menciptakan swasembada pangan sendiri. Disini memang ada semacam strategi yang kurang jitu dalam melakukan program strategi pangan.

Bisa jadi ada kesalahan dalam data stok pangan yang tidak akurat, bisa jadi karena ekspekstasi yang salah terka. Semua ini Harusnya diperhitungkan juga, apalagi buat mengelola Negara sebesar ini. Bukankah akan selalu ada plan B, bila plan A mengalami kegagalan.

Negara sebesar ini harus dikelola dengan system yang tepat, tidak asal bikin program tanpa melihat akibatnya. Juga Negara sebesar ini memiliki perencanaan yang komplek, bila perencanaan satu gagal, maka harus sudah ada perencanaan berikutnya. Jadi tidak ada istilah main impor, sedikit-dikit impor, padahal dollar semakin tinggi, malah bikin rupiah semakin tertekan dengan sikap main impor ini.
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->