Diberitakan terjadi PHK pada beberapa industri garmen, tekstil dan plastik di jawa tengah, akibat naiknya harga bahan baku impor. Memang untuk industri tersebut mengandalkan bahan baku impor untuk kelangsungannya. Saat rupiah melemah, segala bahan baku produksi menjadi lebih mahal dan tidak mampu lagi bersaing dengan produk sejenis.
Apalagi dengan kran impor yang terbuka, maka persaingan dengan produk sejenis tidak bisa dihindari. Sebenarnya produk garmen atau tekstil yang berorientasi ekspor akan bisa bertahan, namun bagi yang mengandalkan pasar domestik pastinya akan cepat gulung tikar. Sebenarnya faktor pelemahan rupiah ini hanya pemicu saja, soalnya sudah didahului dengan rentang panjang ekonomi yang lesu sejak setahun yang lalu.
Rententan kenaikan harga BBM akibat penghapusan subsidi, lalu diikuti kenaikan tarif listrik, sudah memukul industri garmen ini secara bertahap. Sebelum akhirnya dipicu dengan pelemahan rupiah lebih dalam, yang membuat harga bahan baku semakin mahal. memang ada rangkaian peristiwa yang membuat industri ini gulung tikar.
Sudah ada tahapnya sehingga sudah tidak bisa bertahan lagi. Lagian persoalan bukan saja dari kondisi ekonomi yang lesu, tapi juga turunnya daya beli masyarakat, membuat industri garmen dan tekstil ini semakin turun penjualannya. Dengan pengeluaran tetap atau semakin meningkat dan penghasilan yang menurun, maka wajar industri garmen dan tekstil ini gulung tikar.
Tidak ada yang bisa menyelamatkan industri yang sudah besar pasak daipada tiang, lebih besar pengeluaran atau ongkos produksi daripada penghasilan. Memang persoalannya sudah menumpuk, apalagi dengan tambahan beban utang perusahaan yang makin besar. Disini biasanya akan ada efek domino, dari industri yang tutup akan terjadi PHK dan gagal bayar pada perbankan yang memberi kredit pada industri garmen tersebut.
Semua ini sudah umum bahwa industri akan memiliki utang di bank yang bila tak sanggup lagi membayar akan berarti sudah waktunya industri tersebut ditutup. Efek domino penutupan industri garmen, tekstil dan plastik ini akan berimbas ke sektor yang berhubungan dengan industri tersebut. Mulai dari perbankan yang memberi pinjaman kredit, sampai sektor ritel atau jasa angkutan yang melayani industri tersebut. Semua ini harus diperhatikan oleh pihak terkait.