Sebenarnya startup bukanlah UKM, banyak dari mereka menjadi korporasi besar di dunia. Namun pada awal pendirian, banyak startup seperti UKM informal. Nasibnya bisa 11-12, apalagi iklim investasi di Indonesia yang kurang responsif. Disini investornya baru gerak saat startup sudah menghasilkan.
Padahal startup itu seringkali cukup panjang perjalanannya, bahkan bisa sampai 4-5 tahun tidak profit. Ini membuat banyak startup yang sebenarnya mumpuni bisa gulung tikar. Persoalannya memang klasik seperti UKM informal yang akan kesulitan mendapatkan dana dari perbankan.
Meskipun startup boleh dibilang sudah bankable system keuangannya, tapi biasanya sulit memenuhi kriteria mendapatkan kredit dari perbankan. Rasio pendapatan terhadap kewajiban bisa sangat tak berimbang. Ini sebabnya sulit diloloskan bila mencoba mencari dana di perbankan.
Di amerika sendiri tempat tumbuh suburnya startup, kebanyakan dana operasional dari saku founder dan cofoundernya. Mereka juga sama-sama sulit mendapatkan dana dari perbankan. Hanya memang para pendiri startup ini bisa pinjam sana-sini menggunakan jaminan atau akses ke perbankan diluar jaminan dari startupnya sendiri.
Baru saat startup berkembang dan menghasilkan, maka lembaga perbankan akan mau memberi pinjaman atau kredit. Saat kondisi keuangan masih belum positif, selamanya startup akan bergantung dari saku founder maupun cofoundernya. Maka dari itu dalam membuat startup harus pandai-pandai memilih cofounder.
Ini penting dalam proses mengembangkan startup ini kedepannya. Cari cofounder harus sesuai dengan kebutuhan startup, bukan asal-asalan. Misal lebih memilih teman daripada mereka-mereka yang dibutuhkan oleh startup. Usahakan untuk memilih cofounder yang ahli dan dibutuhkan oleh startup atau cofounder yang punya dana lebih sehingga cukup untuk bertahan selama beberapa tahun.
Beberapa startup yang menjadi korporasi besar saat ini, pada awalnya bukan tumbuh dengan cepat dan mendapatkan dana dari perbankan. Mereka mengalami nasib yang sama seperti UKM informal. Mereka mencari dana di luar lembaga keuangan dan tumbuh kembang kempis selama beberapa tahun.
Disini pentingnya menjaga “marwah” atau visi dari didirikannya startup tersebut. kemampuan untuk bertahan adalah kunci dari suksesnya startup tersebut kedepannya dan persoalan keuangan adalah masalah utama yang harus bisa dikelola dengan baik.