Penemuan Minyak dalam Jumlah Besar di Amerika, Harga Komoditas semakin Tertekan

16 October 2015

Boleh saja rupiah menguat dalam beberapa minggu ini, namun sampai seberapa lama tidak ada jaminannya. Justru sebuah kekuatiran mulai timbul dengan berita penemuan minyak dalam jumlah besar di pantai barat Amerika. Apa hubungannya antara penemuan minyak ini dengan rupiah?

Memang tidak ada hubungannya secara langsung, namun dalam ekonomi global semuanya sudah terkoneksi. Satu peristiwa besar bisa menimbulkan efek domino ke berbagai penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia dengan mata uang rupiahnya yang sangat rentan oleh faktor eksternal. Rupiah mudah sekali bergejolak oleh kondisi di luar negeri, ini karena memang fundamental rupiah sangat rapuh dan kalah dalam berkompetisi dengan ekonomi global.

Penemuan minyak dalam jumlah besar di Amerika bisa menjadi tonggak berakhirnya era barang komoditas, yang sebenarnya sudah berakhir sejak akhir 2014. Saat secara politis “Obama administration” memutuskan meningkatkan produksi minyak untuk menghantam Rusia. Hasilnya cukup efektif, minyak dunia yang biasanya di angka 100 dollar perbarrel, kini hanya di kisaran 50 dollar perbarel. Bukan tidak mungkin dengan Amerika membanjiri lagi produksi minyak, maka harga minyak dunia hanya di kisaran 10 dollar perbarel atau sudah tak bernilai lagi.

Ini juga akan membuat harga batu bara dan komoditas tambang lainnya semakin tidak berharga. Cina yang merupakan pengguna batubara terbesar di dunia, sudah mengurangi permintaannya. Selain batu bara berpolusi, juga sudah kalah dengan harga minyak yang semakin turun.

Ini yang membuat kenapa sektor pertambangan Indonesia ambruk. Semenjak akhir 2014 sektor komoditas terpukul tajam dan harganya sudah semakin tidak berharga. Ekonomi Indonesia yang sangat bergantung pada komoditas membuat rupiah ikut terjengkal oleh ambruknya sektor pertambangan.

Selama ini ekonomi Indonesia memang tidak bisa “move on” dari sektor komoditas. Mayoritas ekspor Indonesia adalah barang komoditas, maka saat ekonomi cina “slowdown” atau menurun, Indonesia ikut terkena dampaknya. Boleh dibilang inilah efek domino, yang mungkin banyak orang tidak memperkirakan akan terjadi.

Penemuan minyak di amerika dalam jumlah besar ini harusnya sudah mulai dipertimbangkan dalam strategi kebijakan ekonomi Indonesia. Ini mengingat kita tak pernah bersiap atas kondisi yang terjadi dan masih berkutat dengan ekonomi konsumtif. Suatu system ekonomi yang membelenggu kemajuan bangsa, meski ini dipertahankan oleh para pejabat ekonomi.

Anggaran belanja Negara yang sudah sangat besar ini dihabiskan untuk menggerakan ekonomi konsumtif. Suatu strategi yang sudah “obsolete”, ini mengingat strategi yang dilakukan Negara-negara di asia timur dengan ekonomi produktifnya, sudah berhasil bertahan dari gejolak ekonomi global. Ekonomi Indonesia bisa bertahan karena memang “too big to fall”, suatu yang dicatat oleh the fed hingga menunda kenaikan suku bunga amerika.

Sekali lagi ekonomi Indonesia masih mendapatkan “belas kasih” dalam pertimbangan kebijakan moneter the fed. Selanjutnya Indonesia harusnya sudah bisa menata diri, memperkuat ekonominya dengan ekonomi yang produktif, perkuat ekspornya dengan barang produktif. Bila tidak bisa maka gejolak rupiah akan kembali terjadi ke depannya.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->