Begitu tidak Adilnya Perdagangan Indonesia-Cina yang Berat Sebelah

18 October 2015

Dari data Ekspor-impor yang baru saja dirilis oleh BPS menunjukan adanya ketimpangan perdagangan Indonesia-Cina dengan minus yang sangat besar. Perbedaannya sangat besar hingga nilai minusnya melebihi ekspor Indonesia ke cina. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.

Ini mengingat pelemahan rupiah juga bisa disebabkan oleh tidak adilnya perdagangan dengan Cina. Membanjirnya impor baju bekas illegal, tekstil illegal yang dilegalkan yang membuat PHK masal di industri tekstil. Semua akar permasalahannya berasal dari perdagangan dengan Cina.

Ini seandainya, bila perdagangan dengan cina distop, maka akan tercipta surplus perdagangan yang luar biasa dan ini bisa menjadi kunci dari gejolak rupiah akhir-akhir ini. Berapa banyak devisa yang dilahap oleh cina akibat perdagangan berat sebelah ini. Selama ini tanpa disadari kita menjadi pasar yang subur bagi cina, sedang cina bukan menjadi Negara tujuan ekspor yang besar.

Justru nilai ekspor terbesar kita malah dengan Amerika, memang perdagangan dengan amerika lebih menguntungkan dari berdagang dengan Cina. Diduga dalam banyak hal kecurangan seperti dumping, insentif kredit ekspor, kemurahan tariff listrik, upah buruh, membuat produk cina sangat-sangat murah sekali dan membunuh industri di Negara tujuan ekspornya. Tak pelak ini harusnya menjadi catatan bagi pejabat di kementrian perdagangan dan harus melakukan langkah antisipasi seperti protes atau semacamnya.

Amerika pernah melakukan protes keras pada Jepang saat terjadi ketimpangan neraca perdagangan dengan Jepang. Amerika menuduh jepang melakukan dumping atau semacamnya, dan meminta jepang menyeimbangkan neraca perdagangannya dengan Amerika. Hasilnya waktu itu jepang dengan sukarela membeli produk amerika, seperti pesawat dalam jumlah besar hingga bisa menyeimbangkan perdagangannya dengan Amerika.

Ini harusnya bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menyikapi ketimpangan perdagangan dengan Cina yang sudah tidak adil dan gila-gilaan ini. Departemen perdagangan harusnya mengkaji lagi hubungan dagang dengan cina, merubah policy atau kebijakan impor dari cina. Jangan hanya diam saja, lakukan langka melindungi industri dalam negeri yang sudah hancur oleh produk impor dari Cina.

Membanjirnya produk impor cina ini sama dengan penjajahan secara ekonomi oleh cina di Indonesia. Padahal kita memiliki persoalan serius batas wilayah kepulauan Natuna dengan cina, dimana dengan sepihak cina memasukan perairan kepulauan natuna ke dalam 9 dash line di background paspor mereka. Ini sebenarnya sudah menjadi pertimbangan Indonesia dalam menjalin perdagangan dengan Cina.

Apalagi dengan persoalan PHK masal di industri tekstil akibat membanjirnya impor baju bekas dan tekstik illegal. Hendaknya pemerintah segera mengevaluasi lagi perdagangannya dengan cina. Jangan sampai neraca perdagangan dengan cina semakin timpang dan kita hanya menjadi pasar cina atau seperti salah satu provinsi dari cina.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->