Kabar bahwa system transmisi listrik 46 ribu kilometer pakai produk dalam negeri patut diacungi jempol. Meskipun masih harus dibuktikan bahwa benar-benar komponennya 100 persen dibuat di dalam negeri. Soalnya saat ini banyak sekali industri yang main rakit atau bungkus, sedang isinya dari luar negeri.
Ini biasanya dilakukan oleh perusahaan perakitan produk industri yang masih mengandalkan bahan baku impor. Biasanya bahan baku dari cina amat murah, jauh lebih murah bila dibandingkan dari buatan industri dalam negeri. Cara ini biasa digunakan untuk meraih untung sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan ketahanan ekonomi atau fiskal.
Industri dalam negeri memang memiliki persoalan klasik, mulai dari tarif listrik yang mahal, suku bunga kredit yang tinggi. Semua ini membuat produk industri memiliki biaya produksi yang mahal. Bila dihitung-hitung menjadi tidak ekonomis, karena lebih mahal dari produk impor.
Lalu buat apa susah-susah membangun industri bila hasil produksinya masih terlalu mahal. Maka muncul yang namanya industri perakitan atau pengepakan, kerjanya memang hanya merakit atau membungkus barang impor agar terlihat dibuat di dalam negeri. Teknik ini banyak dilakukan oleh industri kita, memang sulit diketahui bila tidak memiliki akses ke dalam.
Apalagi dengan adanya celah yang bisa diterobos untuk impor, andai dilarang impor masih ada jalan memasukan barang tersebut lewat jalur tikus. Kondisi ini memang melahirkan kemunduran dalam industri manufaktur. Terlihat di atas kertas industri tumbuh, namun pada kenyataannya besar dari bahan impor dan bisnis merakit.
Hal ini sebenarnya sudah bisa ditebak, dimana data ekonomi tidak sesuai dengan kenyataan. Impor yang melonjak tinggi dan data manufaktur yang tumbuh pesat. Ada ketidaksesuaian data dengan kenyataan yang ada. Ketidaksinkronan ini sudah bisa diduga adanya permainan impor dalam usaha membuat produk lokal menjadi 100 persen.
Ini tentunya sudah harus diperbaiki, karena ini sama sekali tidak memberi kemajauan bagi perkembangan industri kita. Pemerintah harus mulai aktif mengawasi kerja industri manufaktur yang membaik tapi sebenarnya semu ini. Industri perakitan ini harus dibina agar benar-benar membuat produk menjadi 100 persen lokal.
