Kenapa Surplus Neraca Perdagangan tak bisa Menolong Pelemahan Rupiah?

02 August 2015

Diberitakan nilai tukar rupiah terhadap dollar sudah menembus level psikologisnya. Posisinya terburuk sejak krismon 1998, lalu kenapa neraca perdagangan yang sudah surplus ini tidak bisa menolong kejatuhan rupiah?

Persoalannya cukup komplek, ada gabungan faktor eksternal dan di internal ekonomi rupiah sendiri yang kurang baik. Faktor eksternal yang menonjol adalah rencana kenaikan suku bunga amerika, disamping krisis hutang Yunani dan krisis bursa saham cina yang cukup menekan posisi rupiah terhadap dollar. 

Meskipun dikabarkan posisi neraca perdagangan kita sudah surplus, tapi tidak cukup untuk menghadang laju permintaan dollar dan keluarnya dollar yang cukup deras. Diberitakan oleh sebuah lembaga keuangan asing, ada hampir satu milyar dollar portofolio investasi yang keluar dari Indonesia. Cukup besar bila dibandingkan dengan masuknya dollar dari surplus neraca perdagangan. Ini membuat surplus neraca perdagangan jadi tidak berarti.

Apa sebenarnya yang bisa dilakukan oleh pemerintah menghadapi pelemahan rupiah yang sangat dalam ini?
Bila dilihat dari data yang ada, sangat mustahil pemerintah bisa memperbaiki indikator makro yang kurang baik ini. Meskipun dengan kerja, kerja, kerja atau pura-pura sibuk kerja atau banting tulang siang malam, tetap saja tidak akan menolong kejatuhan rupiah. Mungkin yang bisa dilakukan adalah mencari alasan yang masuk akal, saat ditanya oleh awak media tentang kejatuhan rupiah.

Kondisi fundamental rupiah sudah kurang baik, ekspor yang surplus sebenarnya bukan karena sebuah kerja keras. Ini tak lebih dari posisi rupiah yang lemah akan menguntungkan dari segi harga barang yang diekspor. Selebihnya kita tidak memiliki daya saing ekspor.

Diduga tarif listrik mahal, suku bunga kredit yang tinggi membuat daya saing produk kita kalah di pasar dunia. Ini membuat Negara kita lebih dari pasar daripada sebuah eksportir produk industri. Padahal ini dibutuhkan untuk menahan pelemahan rupiah.

Dari komentar yang ada, tampaknya pemerintah sudah tak tahu harus berbuat apa. Karena memang sudah tak punya pilihan apapun. Perbaikan fundamental ekonomi tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sedang yang bisa dilakukan agar rupiah tak jatuh lebih dalam adalah mengaktifkan bilateral atau multilateral swab dengan Negara ekonomi maju seperti jepang atau cina.

Kita memiliki perjanjian dengan mereka, ini bisa menjadi jalan keluar sementara dari kejatuhan yang semakin dalam. Selebihnya pemerintah harus lebih ketat dalam mengatur anggaran belanjanya. Sebaiknya posisi anggaran berjalan dibikin surplus.

Penerbitan surat utang untuk menahan pelemahan rupiah hanya akan memindahkan masalah ekonomi ke generasi berikutnya. Karena ini akan menjadi bom waktu yang bisa meledak di kemudian hari. Tidak bisa ditawar lagi posisi anggaran berjalan harus dibikin surplus akan bisa memperbaiki indikator makro yang kurang baik ini.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->