Rupiah nampak semakin tertekan sehabis anggaran belanja Negara dipaparkan ke publik. Pelaku pasar menyoroti beberapa asumsi makro yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu kenapa pelaku bisnis bisa merespon negatif asumsi makro yang ada di anggaran?
Pasar memang tidak senang dengan asumsi makro pada anggaran belanja Negara, terutama kurs rupiah terhadap dollar yang terlalu ambisius. Angka yang mungkin menjadi harapan dari pemerintah ini tidak direspon positif, karena tidak sesuai dengan postur anggaran yang ada. Ada semacam ironi, tiketnya pergi ke singapura kok katanya mau ke papua, antara asumsi dan kenyataan bertolak belakang.
Pelaku pasar semakin ragu akan arah dari kebijakan ekonomi pemerintah. Tentunya ini dalam menciptakan kondisi investasi yang kondusif. Posisi rupiah masih dipertaruhkan dan menempatkan rupiah dalam kondisi yang tertekan.
Semua tahu gejolak eksternal sudah membuat rupiah babak belur, lebih parah dari beberapa Negara lainnya, karena memang ketahanan fiskal masih lemah. Dan ini tidak ada langkah pemerintah dalam anggaran belanja Negara yang mendukung kondisi fiskal yang lebih baik. Defisit anggaran bertambah, disertai utang yang bertambah pula.
Diduga pemerintah masih menerapkan cara klasik dalam menghadang pelemahan rupiah, yaitu dengan menaikan utang Negara. Cara ini sudah tidak relevan lagi di tengah gonjang-ganjing perang mata uang. Kondisi fiskal harusnya menjadi perhatian serius dengan langkah yang jelas di postur anggaran yang ada.
Nampaknya disini pasar dikecewakan dengan kebijakan yang diambil pemerintah, terlalu konservatif dan kurang melihat kondisi yang ada. Ini terlihat dengan gejolak rupiah yang menembus level terbarunya. Tidak diketahui level ini sudah diintervensi oleh BI atau tidak, bila sudah, maka dipastikan akan menjadi babak baru kepercayaan pasar pada kebijakan pemerintah.
Posisi rupiah akan selalu menjadi perhatian pasar, siapapun akan melihat posisi rupiah ke dalam manajemen resiko investasi mereka. Rupiah yang tidak diperhatikan akan menandakan adanya arah kebijakan ekonomi yang lain dari ekspektasi pasar. Bukan tidak mungkin rupiah akan semakin tertekan, bila pemerintah tak mengoreksi anggarannya, memang masih ada waktu sebelum semuanya menjadi terlambat.