Pertumbuhan ekonomi yang masih bergantung pada konsumsi domestik yang besar memang masih menjadi tulang punggung pergerakan ekonomi kita. Kondisi ini memang tidak terelakan, dengan posisi industri yang masih lemah. Hampir tiada keuntungan dari ekspor, meski rupiah sudah melemah lebih dari 10 persen selama setahun.
Persoalan ini tampaknya tak bisa dihindari oleh pemangku kebijakan. Gebrakan untuk memperbaiki sektor industri masih jauh dari hasil yang menggembirakan. Masalah energi dan infrastruktur pendukung masih sangat kurang, masih butuh satu dua dekade untuk membuat industri bisa berbicara.
Selama itu pula ekonomi akan gonjang-ganjing dan mudah terkena pengaruh oleh faktor eksternal. Pemerintah belum berani menempatkan posisi fiskal yang kuat, alasannya adalah untuk memenuhi target pembangunan infrastruktur dan memperbaiki dulu faktor pendukungnya. Bisa jadi bila fiskal dikuati akan membuat impor membanjiri tanah air.
Kondisi ini nampaknya sudah terjadi sebelumnya, meskipun susah juga karena semuanya sudah terlambat. Pola konsumtif yang dianut ini karena memang masih mengandalkan sumber daya alam sebagai pendorongnya. Saat harga komoditas anjlok, maka turun pula penghasilan Negara dari sisi ekspor.
Selama ini ekspor komoditas menjadi tumpuan kita dalam mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Selebihnya sektor industri juga kalah bersaing dengan produk impor. Mau tidak mau banyak industri yang mengandalkan komponen impor untuk produksinya.
Sudah banyak terjadi produk lokal hanya bungkusnya saja, sedang isinya masih diimpor. Banyak aturan yang berusaha untuk melindungi industri dalam negeri tapi bisa dengan mudah diakali oleh para importir ini. Padahal akibatnya sangat buruk bagi perkembangan industri kita.
Kondisi ini nampaknya sudah kronis dan sulit untuk diatasi. Butuh suatu langkah besar dan peran aktif dari pemerintah dalam mengangkat kembali industri nasional. Kebijakan impor sudah harus diperketat dan pemberian banyak kemudahan bagi para eksportir untuk produk industri.
Semua ini harus dilakukan sebagai awal untuk mengubah pertumbuhan ekonomi yang konsumtif menjadi lebih ke industri sebagai tulang punggungnya. Boleh dibilang harus segera dimulai sebelum semua industri hancur dan tak bisa lagi bangkit. Momentum kebangkitan industri ini harus dilakukan segera.