Janji yang Tidak Realistis

06 August 2015

Mungkin sang CEO pingin merayu dunia usaha agar mau berinvestasi, dengan menjanjikan pertumbuhan ekonomi yang meroket mulai bulan September. Bukannya pesimis, terlihat janji ini tidak realistis. Bagi dunia usaha lebih percaya indikator ekonomi yang sedang berjalan daripada janji sang politikus.

Soalnya ini juga sama dengan janji saat kampaye, dimana rupiah akan bisa berjaya dibawah 10 ribu. Namun kenyataannya rupiah malah terjun ke 13500, ini menandakan sebuah janji yang tidak realistis akan diulang lagi di lain waktu. Fakta di atas kertas tidak bisa diubah melawan kenyataan yang ada.

Optimis boleh tapi terlalu optimis bisa disebut “omdo”. Mungkin saja janji sang CEO ini dalam misi untuk menarik minat investasi dari dunia usaha. Namun sang CEO mungkin lupa bahwa kalangan pebisnis atau dunia usaha ini sudah tahu kondisi perekonomian rupiah.

Sejak awal tahun sampai kuartal kedua kondisinya tidak membaik. Indikator ekonomi makin memburuk, maka tidak mungkin ekonomi akan membaik dengan cepat. Perkara ekonomi bukan persoalan emosi remaja yang bergejolak, persoalan ekonomi bisa terukur dari indikator yang ada.

Bila di atas kertas indikator ekonomi yang sedang berjalan masih buruk, jangan harap perekonomian akan tumbuh dengan cepat. Ekonomi bukan sim salabim, ada pijakan dari setiap pertumbuhan ekonomi dari indikator ekonomi yang sedang berjalan. Apalagi dengan perekonomian kita yang tak begitu kuat, akan dengan mudah digiring oleh faktor eksternal.

Kondisi di bursa cina yang belum kondusif dan isu kenaikan suku bunga amerika, masih menjadi tekanan yang berat bagi meroketnya pertumbuhan ekonomi kita. Apalagi ekonomi kita juga tak begitu menggeliat, ini terlihat dari banyak indikator ekonomi yang menyedihkan. Jadi bila perekonomian rupiah bisa meroket pertumbuhannya amat sangat disangsikan.

Justru rupiah akan berada di masa transisi pada kuartal ketiga, bisa tambah buruk atau stagnan, tapi tidak akan membaik. Fase dalam perekonomian memang begitu, akan ada tahap yang harus dilalui. Bagi para pelaku bisnis, yang diharapkan dari sang CEO adalah bukan janji melainkan langkah strategis apa yang akan dilakukan sang CEO dalam menghadapi ekonomi yang lesu ini.

Langkah pemerintah yang realistis dan terarah sesuai dengan indikator makro, akan bisa menyakinkan pelaku bisnis untuk berinvestasi. Pelaku usaha butuh kepastian langkah pemerintah dalam menghadapi kondisi ekonomi yang belum kondusif. Perbaikan iklim usaha dengan sendirinya akan membawa ke pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->