Kembali terjadi gejolak harga bahan pangan di pasar nasional. Pemerintah menuduh adanya mafia atau kartel yang menyebabkan gejolak harga dan mengerahkan aparat penegak hukum untuk menelusurinya. Hasilnya masih dugaan, tapi tidak pernah bisa dibuktikan adanya mafia ataupun kartel.
Justru banyak tudingan kepada pemerintah bahwa data yang tidak akurat menyebabkan tata kelola logistik pangan menjadi amburadul. Selama ini pemerintah mengambil data stok pangan dari BPS sebagai lembaga kredibel dalam penghitungan sensus produk pangan. Namun apakah data yang diambil dari BPS ini bisa terupdate secara regular? Ini yang jadi pertaruhannya.
Soalnya masalah logistik pangan adalah masalah permintaan dan persediaan. Bisa saja keduanya ada yang tidak akurat, hal inilah yang bisa membuat terjadinya salah dalam mengambil keputusan ekonomi. Harusnya dalam masalah logistik memiliki hitung hitungan yang lebih lebar atau tidak fixed.
Ada kisaran yang menjadi batas aman atau batas error dari setiap data bisa dikatakan akurat. Soalnya data terus berkembang, tidak mungkin BPS memonitor data setiap detik atau menit, bahkan mungkin hanya setiap bulan. Bisa jadi data sudah berubah dan berkembang oleh banyak faktor.
Hal inilah yang harus diperhatikan oleh si pengguna data BPS, bukan BPS yang disalahkan. Mereka yang membacanya yang sering tidak bisa memafaatkan data yang ada. Apa yang dicatat oleh BPS adalah data yang krusial dan bisa menjadi data yang valid, hanya memang keputusan yang diambil harus memiliki spektrum yang luas dalam mengkover data yang ada, harus ada margin error sebagai pertimbangannya.
Untuk melihat kasus gejolak harga tidak bisa langsung menuduh adanya mafia atau kartel, bila tak ada data atau bukti. Justru dengan memiliki data yang lebih detail akan diketahui anomaly dalam arus logistik. Disini pentingnya pemerintah dalam mengolah data menjadi lebih detail.
Lebih detail disini bisa dikembangkan varian dan dibuat algoritma untuk menangkap adanya anomaly dari arus logistik pangan ini. Teknik ini sudah banyak dikembangkan di Negara maju dan cukup manjur dalam mengelola logistik pangan. Jadi perbaiki dulu data dan pengolahannya, baru bisa disimpulkan adanya anomaly atau kemungkinan adanya mafia.