Istilah resesi sendiri memiliki banyak makna dan sudut pandang. Tiap Negara punya cara sendiri dalam melihat kondisi resesi pada ekonomi mereka. Tolok ukur atau acuan indikator bisa berbeda menurut persoalan ekonomi yang sedang dihadapi. Lalu mungkinkah ekonomi rupiah menuju resesi?
Resesi mungkin belum terjadi di ekonomi rupiah, juga tidak berharap akan terjadi. Namun kondisi saat ini benar-benar mencemaskan, ada beberapa indikator yang mendukung bahwa ekonomi rupiah menuju ke resesi. Ini didukung dengan psikologi pasar dan nilai kepercayaan pasar.
Dua kuartal tahun ini saja ekonomi rupiah lesu atau melambat. Ini juga diikuti dengan melemahnya rupiah yang menjadi acuan kepercayaan pasar atas ekonomi rupiah. Bisa jadi dua indikator ini saja sudah mendukung atas kondisi “menuju” resesi.
Keadaan ini didukung pula dengan pengangguran yang meningkat. Data riil pemerintah mungkin berbeda dengan kondisi di masyarakat. Ini didukung juga tindakan pemerintah yang tidak menerima pegawai baru selain mengganti yang pensiun. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh para pencari kerja, bila kondisi ekonominya saja lesu. Mau wiraswasta atau investasi juga nanggung.
Mungkin pemerintah punya dalil sendiri dalam melihat kondisi ekonomi, dengan modus menjaga kepercayaan publik. Padahal tindakan yang dilakukan pemerintah sudah menggambarkan sebuah tindakan yang dilakukan dalam menghadapi resesi. Menghapus pajak golongan bawah, meningkatkan belanja yang berimplikasi pada naiknya utang.
Semua langkah pemerintah ini adalah “memadamkan api”, meski menolak adanya “api”. Dalihnya menurunkan suhu yang panas, kenapa tidak “dikompres” saja. Ngapain harus diguyur air segala.
Dalam banyak hal kondisi menuju resesi ini sudah diamini oleh banyak pihak, mulai dari pelaku bisnis, lembaga independent, sampai pengamat ekonomi. Semua melihat beberapa indikator yang menggambarkan kondisi menuju ke resesi. Lalu kenapa resesi harus ditakuti, bila ekonomi rupiah masih dinilai masih tumbuh?
Ekonomi rupiah masih tumbuh positif, namun dengan koreksi setiap bulannya. Semua lembaga ekonomi yang kredibel mengoreksi pertumbuhan rupiah setiap bulan semakin menurun. Koreksinya memang semakin menurun, tanda ada perlambatan dan stagnan.
Juga indikator inflasi yang meningkat, yang membuat pertumbuhan ekonomi rupiah bisa tak berguna. Bila inflasi sampai tembus di atas 5 persen, sedang pertumbuhan turun dibawah 5 persen, dan ini berlaku dalam dua periode panjang, apakah ini tidak bisa disebut dengan menuju ke resesi?