Selama ini laut Indonesia sudah dijarah puluhan tahun, tanpa banyak hal yang bisa dilakukan. Ini beralasan karena dana untuk patroli atau pengawasan laut masih kurang. Apalagi infrastruktur untuk itu juga kurang mendukung, maka dibiarkan saja bancaan para pencuri ikan di laut Indonesia.
Memang sungguh menyedihkan bahwa kekayaan laut kita dikuasai oleh para pencuri ikan ini. Mereka tidak pilih-pilih ikan, bahkan beberapa ikan langkah juga dijarah sekalian. Selama ini apa yang dilakukan pemerintah dibatasi oleh dana atau anggaran yang terbatas, padahal sebenarnya dengan anggaran terbatas bisa dilakukan penindakan dengan langkah yang efektif.
Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk patroli atau pengawasan laut. Juga menggunakan sarana termurah atau teririt untuk patroli, bila mengandalkan kapal perang atau kapal patroli untuk patroli bisa jadi akan menghabiskan anggaran. Memang perlu semacam diversifikasi patroli di laut.
Bisa memanfaatkan teknologi satelit, patroli pesawat udara untuk patroli, meskipun ini ada sisi kelemahan di penindakan. Namun yang namanya patroli atau pengawasan harus rutin, sedang pendindakan bisa dilakukan secara random untuk melakukan efek getar atau untuk mencegah pencurian yang massif. Bila masih mengandalkan patroli dengan kapal perang, jelas akan menghabiskan banyak dana BBM maupun logistic.
Meskipun peran keamanan laut sudah dipegang oleh bakamla, namun selama sarana di bakamla belum mendukung sebaiknya tetap bersinergi dengan angkatan laut dalam patroli maupun penindakan. Ini karena pencurian ikan ini harus dihentikan dan ditindak sebelum semua kekayaannya habis dikuras oleh pihak asing.
Sebenarnya ancaman pencurian ikan yang serius adalah para pemodal besar dengan kapal besar yang sauh atau buang jangkar di tengah laut atau perairan internasional. Mereka menyediakan logistic dan pemrosesan hasil tangkapan bagi banyak kapal kecil yang bergerak ke dalam wilayah laut Indonesia. Modus ini sudah terlihat di banyak lautan Negara Afrika.
Saking banyaknya sampai dibiarkan oleh pemerintah mereka, wajar karena dana untuk melakukan patroli tidak ada sama sekali. Ini membuat kemiskinan semakin menyelimuti kawasan Afrika. Kita harusnya berkaca dari itu dan mulai melakukan langkah pasti menindak para pencuri ikan ini.
Kita harus menggunakan segala prasarana yang ada mulai pesawat yang dimiliki TNI AU untuk patroli. Meskipun ini bukan domain mereka, sampai bakamla efektif dalam bekerja harus ada bantuan dari semua infrastruktur yang kita miliki. Pemerintah harusnya juga merencanakan roadmap pengawasan di laut Indonesia.
Jadi tidak berhenti dengan gertak sambal saja, namun yang namanya patroli atau pengawasan harus rutin dilakukan. Sudah harus dipikirkan menambah jalur logistic di titik-titik penting lautan Indonesia bagian timur, selama ini bagian tersebut yang paling banyak dicuri. Semacam pangkalan tetap lengkap dengan logistic yang memadai di Biak, Sorong, merauke, Manado. Ambon.
Selama ini banyak kapal besar yang standby di perairan internasional menjadi induk dari kapal-kapal pencuri ikan. Harusnya perlu shock terapi bagi kapal-kapal besar ini, tidak cukup dengan menangkapi kapal-kapal pencuri yang kecil saja. Harus ada semacam hovering atau sonic boom bagi kapal besar ini agar tidak nyaman mencuri di laut kita.
Memang langkah legal harus diutamakan, namun menghadapi para maling ikan yang berdana besar ini perlu muslihat juga. Mereka tidak akan jera dengan model penenggelaman kapal pencuri ikan, karena memang tidak pernah tersentuh. Mereka harus diberi shock terapi secara tepat, yang akan memberi pesan pada mereka bahwa tindakan mereka sudah cukup dan tidak bisa ditolerir lagi.