Kenapa Ekonomi Tumbuh tapi Rupiah Terpuruk?

05 September 2013

Memang bukan sekali saja para pengambil kebijakan menyakinkan pasar bahwa ekomoni tumbuh, namun kenapa rupiah mengalami pelemahan yang signifikan. Bisa saja berbagai alasan di atas kertas dijadikan bahan untuk menenangkan pasar, tapi mereka nampaknya tidak yakin akan penguatan rupiah. Ada berbagai fakta yang sengaja diabaikan oleh pengambil kebijakan dalam menyakinkan pasar, fakta bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya hanya semu atau tidak nyata.

Ekonomi memang tumbuh menurut BPS, tapi bukan pertumbuhan yang fundamental. Begitu mudahnya pertumbuhan itu dikoyak oleh pelemahan rupiah, apa gunanya pertumbuhan bila daya beli turun, bila segalanya serba mahal. Seakan pertumbuhan ekonomi tersebut hanya pemanis tapi tidak pernah memberi energi bagi negeri ini.

Memang pertumbuhan ekonomi sudah terukur secara akurat, ada beberapa tolok ukur yang menjadi acuan dalam menghitung sebuah pertumbuhan ekonomi. Namun para pengambil kebijakan ini tidak pernah memiliki hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Negara tidak pernah menjadi kaya dengan pertumbuhan tersebut, lemahnya aturan, birokrasi yang ruwet, pungli adalah sekian hal yang membuat pundi-pundi ini lari dari lumbung negeri ini.

Dollar, emas atau apapun yang dimiliki dari pertumbuhan ini tidak pernah digunakan secara baik, maka lumrah bila rupiah terpuruk. Rupiah tidak menarik buat dimiliki karena memang tidak memberi hasil lebih, bahkan hanya memperkaya para birokrat, koruptor, dan pungli yang bertebaran di seputar “gula-gula” ekonomi. Apapun pertumbuhan ekonomi meski sampai dua digit tidak akan membuat rupiah menguat, selama aturannya lemah, birokrasinya ruwet, iklim investasi tidak kondusif, akan selamanya investor menanam investasi di tempat yang kondusif.

Sistem investasi yang tidak kondusif

Memang sudah berbagai cara dilakukan untuk memperbaiki iklim investasi, namun kenyataannya tidak beranjak dari permasalahan yang ada. Investasi masih sering dibebani oleh birokrasi yang ruwet, tidak transparan dan pungutan liar yang banyak terjadi. Bila dibandingkan Negara tetangga system investasi masih jauh dari positif, maka wajar bila dollar diparkir disana.

Aturan apapun yang dibuat akan tampak lemah dan proteksionis bila memang iklim investasi di dalam negeri tidak diperbaiki. Percuma saja menyalakan Negara lain akan masalah yang terjadi di negeri sendiri, bila iklim investasi sangat baik di negeri sendiri maka dollar akan parker di dalam negeri. Bisnis memang akan mengalir ke tempat yang aman dan bisa menghasilkan lebih baik.

Tujuan pembangunan ekonomi yang dangkal

Bila di masa lalu ada istilah “Repelita”, sebuah rencana pembangunan ekonomi jangka panjang, maka saat ini tidak memiliki visi maupun tujuan. Arah pembangunan ekonomi memang pasar bebas, namun tidak pernah melindungi kepentingan nasional. Membangun industri adalah penting bila ingin mengais dollar lebih baik.

Ada daftar panjang di ekspor dan impor yang dimiliki oleh rupiah, namun semuanya tidak mengembirakan. Negeri ini hanya bisa mengekspor bahan mentah dan impor bahan jadi. Negeri ini sangat boros dalam pemakaian energi, tapi sangat kecil sumbangsinya bagi pertumbuhan ekonomi, memang tumbuh tapi tumbuh secara konsumtif. Pertumbuhan yang keropos, yang selamanya tidak akan memperbaiki fundamental rupiah. Bila ekonomi tumbuh tapi rupiah terpuruk adalah wajar, karena memang kita tumbuh dalam hal konsumtif, dalam hal menghabiskan kekayaan alam tanpa pernah memberi nilai lebih bagi ekonomi. 
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->