Ekonomi rupiah terus menerus diterjang sentiment negatif, dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah tak mampu menahannya. Setiap kali keluar kebijakan ekonomi, selalu direspon negatif dan rupiah melemah. Nampaknya pemerintah tidak belajar dan kembali ngotot dengan program yang sedang dijalankan.
Rupiah hanya sesekali menguat, itupun karena intervensi BI atau masuknya remintance dari luar. Selebihnya rupiah sudah tak tertahankan lagi untuk turun. Bagai bendungan yang sudah amber dan tak mampu lagi menghadang arus bah yang datang.
Itulah pemerintah yang masih ngotot dengan proyek mercusuar dengan dalih proyek infrastruktur. Suatu yang dipandang oleh para investor sebagai blunder. Di kala kondisi fiskal sedang dalam tekanan, eh masih saja menghambur-hamburkan uang. Dengan alasan menaikan daya beli masyarakat atau mengundang investor masuk.
Lha investor sudah tidak percaya lagi, mana mau masuk lagi dengan kondisi dan kebijakan yang sama. Hal yang keliru diulang-ulang lagi, dengan terus menambah utang untuk menutupi rapuhnya fiskal. Ini sama saja langkah yang sia-sia.
Kondisi utang juga sudah lampu kuning, sudah sangat membebani posisi fiskal. Namun terus ditambah dengan dalih menutupi anggaran belanja. Situasi ini sudah membuat ekonomi semakin carut marut, penuh dengan masalah, maka wajar investor kabur.
Pemerintah sudah waktunya duduk kembali ke meja operasi, situasinya sudah krisis. Perlu dibedah lagi persoalan yang mendasar dan memperbaiki langkah yang semakin memberatkan perekonomian. Jangan selalu bilang kita masih kuat, kita siap dengan apapun rupiah berada.
Kalau itu tekadnya, bukankah malah lebih baik devaluasi rupiah, selesai gonjang-ganjing rupiah dan buka lembaran baru. Langkah yang dilakukan pemerintah berkutat pada hal yang sama. Diulang-diulang lagi tanpa menyentuh persoalan yang mendasar.
Banyak pelaku usaha dan investor yakin bahwa pemerintah sepertinya berada pada pijakan data yang salah. Dengan data yang salah pastinya kebijakan yang dihasilkan akan tetap salah juga dan tidak bisa memperbaiki kondisi perekonomian yang sudah carut marut ini. Langkah pemerintah mengundang ahli ekonomi, pengusaha, ada baiknya, tapi dengan tetap melakukan hal yang sama, maka sama saja melakukan kebijakan yang salah arah. Sebaiknya kembali lagi ke meja operasi,lihat kembali kondisi yang sebenarnya dan lakukan langkah yang tepat.