Berita PHK masal nampaknya sudah bukan rumor atau isu lagi, tapi sudah banyak terjadi. Ini adalah dampak kelesuan ekonomi dan pelemahan rupiah yang sudah mencapai puncaknya. Pelaku usaha kelihatannya sudah angkat tangan dan sudah tak punya pilihan lagi selain merumahkan karyawannya.
Banyak kalangan sudah menduga, bawah dampak buruk ekonomi ini akan terjadi. Suatu yang sudah diberi alarm sejak setahun yang lalu saat mau menghapus subsidi BBM. Namun tampak diremehkan dan tidak ditindaklanjuti dengan langkah pencegahan.
Dana yang melimpah dari penghapusan subsidi BBM ini digunakan untuk membangun proyek “mercusuar” dengan dalih proyek infrastruktur. Tentu saja pahit sekali, dan sekarang kelabakan atas apa yang terjadi. Mereka arsitek ekonomi yang andil dalam penghapusan subsidi BBM menjadi korbannya.
Reshuffle kabinet dilakukan untuk memulihkan kepercayaan pasar, tanpa pernah mendalami persoalan ekonomi yang sebenarnya. Bola salju sudah terlanjur bergulir dan mulai memakan korban satu persatu. Dunia usaha yang mulai terkena imbasnya, sudah mulai banyak yang gulung tikar dan melakukan PHK masal.
Kondisinya memang sulit, bayangkan harga bahan baku yang masih impor naik, sedang barang yang diproduksi banyak yang tak laku. Tentunya tak akan mampu menutupi ongkos produksi, maka pengurangan karyawan harus dilakukan. Ini tentunya merembet bak efek domino.
Saat PHK masal, pastinya daya beli masyarakat yang sudah menurun akan semakin jatuh lagi. Tak urung bola salju ini terus bergulir dan pasti akan memakan korban lebih banyak. Lalu siapa yang salah atas PHK masal ini?
Banyak telunjuk yang mengarah ke pemerintah sebagai pengendali jalannya ekonomi. Perhitungan politis lebih diutamakan saat memutuskan kebijakan ekonomi. Pemerintah merasa tahun pertama bisa melakukan penghapusan subsidi BBM, dengan alasan masih banyak waktu untuk memperbaikinya.
Ternyata kondisinya di luar kendali, bola salju kecil yang dikira mainan ini sudah berubah membesar. Bergulir semakin tak terkendali dan menyeret apapun yang dilaluinya. Kini PHK masal ini bukan akhir dari perjalanan bola salju liar, tapi awal dari bencana ekonomi bila pemerintah tak mampu menghentikannya.