Diperkirakan bursa saham akan mengalami aksi beli yang massif, sejak “The fed” tidak menaikan suku bunganya. Ini ditandai dengan lonjakan cukup tinggi di bursa amerika menyusul pengumuman ini. Nampaknya ini akan diikuti oleh seluruh bursa di dunia, tak terkecuali IHSG.
Federal reserve atau bank sentralnya amerika merilis adanya data ekonomi yang membaik, seperti inflasi yang rendah, angka pengangguran yang rendah, membuat keputusan untuk tetap menjalankan suku bunga yang ada. Diperkirakan suku bunga amerika akan direview lagi sampai awal tahun depan. Ini berarti masih ada waktu panjang bagi ekonomi dunia untuk menikmati “uang murah” atau kredit dengan bunga ringan.
Diperkirakan bursa saham Indonesia atau IHSG akan mengalami kenaikan tajam hari ini dan seterusnya. Ini mengingat selama ini ekonomi rupiah selalu tertekan oleh isu kenaikan suku bunga amerika. Hampir lebih dari 18 persen lebih rupiah sudah mengalami pelemahan, diikuti IHSG yang dalam setahun ini juga susut lebih dari 17 persen.
Persoalan suku bunga amerika ini memang sangat dominan, hampir mengalahkan semua sentiment positif yang berkembang. Kenaikan suku bunga amerika sebenarnya harus terjadi, ini karena memang inflasi di amerika sudah di atas satu persen. Hanya saja the fed masih memberi kelonggaran batas 2 persen untuk angka inflasi yang harus dikontrol.
Bila inflasi lebih dari dua persen dipastikan awal tahun depan the fed akan menaikan suku bunganya. Namun ini masih ada waktu yang panjang buat ekonomi dunia untuk melakukan konsolidasi dan tumbuh. Demikian pula dengan Indonesia, harus bisa memanfaatkan kelonggaran yang diberikan.
Diperkirakan Amerika juga melirik investasi besar-besaran di Asia Tenggara yang bernilai triyunan dollar. Ini berarti prospek ekonomi global akan semakin cerah, dan ini harus dimanfaatkan Indonesia untuk membenahi segala yang menjadi penghambat laju ekonomi. Apalagi dengan status Indonesia yang lemah di sisi infrastruktur, maka tantangannya akan semakin besar.
Indonesia harus terus, melakukan reformasi di sektor keuangan, industri dan infrastruktur yang menjadi motor penggerak ekonomi. Sudah waktunya shifting dari ekonomi konsumtif ke ekonomi produktif. Ini agar bisa lebih kuat dalam menghadapi tekanan ekonomi pada tahun depan.