Hari ini otoritas di Naraha membuka pintu bagi warga yang mengungsi setelah tragedi reaktor nuklir fukushima, untuk kembali ke tempat tinggal mereka. Naraha yang berada 20 kilometer dari reaktor fukushima telah menjalani dekontaminasi dari radiasi nuklir selama empat tahun, dan pihak terkait menyatakan Naraha “aman” untuk dihuni kembali. Meski banyak yang ragu untuk kembali, tapi sudah ada beberapa yang berusaha membangun hidup mereka kembali.
Otoritas setempat menyediakan alat untuk mendeteksi adanya radiasi, untuk menyakinkan warga bahwa Naraha sudah benar-benar “bersih”. Namun ternyata masih banyak yang belum yakin atas proses dekontaminasi yang bisa menghilangkan radasi ini selamanya. Seperti diketahui radiasi nuklir memiliki umur yang panjang, seperti kasus chernobil saja, kota terdampaknya masih menjadi kota mati sampai saat ini.
Boleh jadi Jepang dengan teknologi yang dimiliki akan mampu membersihkan area terdampak dari radiasi. Namun siapa yang mau menjadi kelinci percobaan? Warga Jepang sudah pernah merasakan radiasi nuklir era perang dunia kedua, saat Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Sampai saat ini trauma akan radiasi nuklir ini masih dirasakan. Saudara mereka yang meninggal langsung akibat bom nuklir, atau saudara mereka yang mengalami radiasi dan menderita cukup lama. Tentunya ini menjadi trauma tersendiri bagi warga Jepang.
Namun urusan perut bisa merubah segalanya, banyak yang bisa obyektif dan move on dengan tragedi di masa lampau. Meskipun bagi yang berduit masih akan berusaha mencari tempat yang jauh dari radiasi. Seperti diketahui kota-kota besar dan padat penduduknya di Jepang dikelingi oleh reaktor nuklir.
Mereka sudah biasa hidup berdampingan dengan kemungkinan terburuk. Ini yang membuat mereka yang bekerja di reaktor nuklir amat sangat disiplin dan berhati-hati dalam bekerja. Jepang memang memiliki sedikit insiden nuklir, sehingga energi nuklir mereka berguna bagi perekonomian Jepang.
Meski energi nuklir tidak bisa disebut dengan energi yang sustainable, tapi bagi perekonomian jepang bisa meningkatkan daya saing produk industrinya. Jepang memang tidak memiliki sumber daya alam energi seperti minyak, gas maupun batu bara, untuk menghidupi industrinya jepang mengandalkan energi murah dari reaktor nuklir. Bisa jadi kedisiplinan, kreatifitas mereka membuat hidup mereka lebih baik meski tanpa memiliki sumber daya alam.