Siapa yang tak mau dengan modal dengkul bisa mendapatkan keuntungan puluhan juta. Tentunya ini berlaku pada semua jenis investasi, termasuk juga profesi artis di dunia hiburan. Mereka yang bisa mengandalkan bakat, kecantikan, daya tarik fisik dengan mudahnya bisa meraup rupiah atau dollar atau keuntungan materi lainnya.
Di dunia hiburan yang merupakan pusat dari perhatian publik, memang memiliki persaingan yang sangat keras. Misal punya bakat menyanyi, tidak cukup menjual bila tidak memiliki daya tarik lainnya. Demikian pula dengan profesi model atau artis lainnya, tampang saja juga tidak menjamin bisa mendapatkan order.
Bila tidak bisa “menjual” nilai diri, maka yang terjadi malah “menjual diri”. Apalagi hal terakhir ini memiliki keuntungan yang lebih besar. Istilahnya dengan bersenang-senang bisa mendapatkan uang dengan cepat.
Bayangkan mereka yang benar-benar menjual nilai diri, akan bergelut dengan waktu, tenaga dan pikiran. Misal persiapan untuk shooting sinetron, pasti perlu waktu untuk mempelajari script, belum harus bergelut dengan waktu bila shooting harus diulang berkali-kali. Memang sangat melelahkan hingga ada yang berangkat pagi pulang pagi, sampai ada lagu yang benar-benar menggambarkan kerasnya kehidupan para entertainer ini.
Namun glamournya dunia hiburan ini juga dengan mudahnya mengundang daya tarik lainnya. Tidak sedikit yang goyah pada masa depan karirnya dan nyambi bersenang-senang di dunia prostitusi. Apalagi tak perlu kerja keras, hanya beberapa menit saja sudah dapat puluhan juta, bahkan ikut menikmati pula “servis” yang diberikan.
Semua ini juga akibat keras dan ketatnya dunia hiburan sehingga banyak para artis ini mengambil jalan pintas. Diduga omset dunia prostitusi para artis ini bisa lebih besar dari omset dunia hiburan yang sebenarnya. Ini karena peminatnya sangat banyak dan menjadi menu pokok harian para orang tajir.
Tidak heran banyak artis yang masih belia sudah memiliki kekayaan yang besar. Meski tidak bisa menuduh itu hasil dari prostitusi, tapi bisa diduga bisa saja dilakukan bila tidak pernah memiliki kontrak dengan dunia hiburan, maka darimana semua aliran uang ke kantong mereka. Ini juga didukung naiknya golongan menengah yang dengan mudahnya bisa mendapatkan layanan hiburan mahal ini.