Gara-gara Gejolak Eksternal, IHSG Susut lebih dari 15 persen

06 September 2015

Tahun ini mungkin masa paling apes bagi IHSG, gara-gara gejolak eksternal, IHSG telah susut lebih dari 15 persen. Ini menandakan pertumbuhan positif selama beberapa tahun bisa hangus dalam sekejap. Meskipun bisa diharapkan rebound atau tumbuh kembali, pastinya akan membutuhkan waktu yang panjang.

Ini hampir sama saat terjadi krismon 1998 semuanya anjlok, dan butuh beberapa tahun untuk pulih kembali. Banyak pula emiten yang tidak bisa pulih dan gulung tikar. Ini sebagai tanda, bahwa gejolak eksternal bisa sangat berbahaya bagi stabilitas bursa.

IHSG seperti bursa saham di dunia lainnya, pasti akan mengalami gejolak, naik turun mengikuti perkembangan pasar. Namun ada masa dimana kondisi global bisa membawa semua keuntungan dan pertumbuhan kembali ke titik nol, bahkan lebih dalam lagi. Dalam kasus ini “black Monday” kemarin bukan menjadi akhir, karena masih ada masa gejolak sebelum mencapai titik keseimbangan.

Dalam pertemuan gubernur bank sentral anggota G20, cina menyatakan bahwa gejolak akan berakhir dan pasar bisa mulai tumbuh kembali. Namun pasar nampaknya tidak yakin dengan pernyataan ini, karena terbukti pasar saham masih bergejolak sampai saat ini. Bisa jadi masih harus menunggu kenaikan suku bunga amerika dan respon cina maupun Negara-negara lainnya.

Bisa jadi gejolak tidak akan pernah berakhir, karena pasar global saling terkoneksi. Apapun yang dilakukan oleh Negara besar akan berpengaruh satu dengan yang lainnya. Posisi Indonesia dalam hal ini masih sangat rentan dengan faktor eksternal.

Bila dibandingkan dengan Negara lainnya, IHSG tampak paling buruk penurunannya. Susutnya paling besar diantara 12 negara lainnya, anjlok lebih dari 15 persen. Ini seakan sama dengan penurunan rupiah yang juga melemah lebih dari 15 persen.

Mungkin kondisi ini bukan ko-insiden, dimana investor asing menjadi motor anjloknya IHSG. Diduga aksi jual besar-besaran investor asing di bursa saham, membuat IHSG anjlok paling buruk. Investor asing melihat tak ada keuntungan memegang portofolio investasi dalam rupiah, karena memang rupiah sudah melemah lebih dari 15 persen dalam setahun, artinya investasi apapun dalam bentuk rupiah akan susut.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->