Bila dilihat dari tahun ke tahun, anggaran belanja Negara naik secara signifikan. Selalu membukukan sebagai anggaran terbesar dalam sejarah republik ini. Namun hasil yang diperoleh, angka kemiskinan malah semakin besar. Lalu apa gunanya anggaran yang semakin besar ini bila yang miskin makin banyak?
Logika pemikiran ini tentu dipikirkan oleh banyak orang, dengan anggaran belanja yang semakin besar, tentunya bisa semakin mensejahterahkan rakyatnya. Namun pengelolaan anggaran belanja Negara tidak seperti sebuah anggaran rumah tangga yang sederhana, lebih komplek persoalan yang dihadapi dan sering seperti benang ruwet. Jadi bagi rakyat kecil harap maklum bila belum tersejahterakan.
Biasanya rakyat kecil hanya bisa menerima apapun alasan pemerintah tentang kondisi ekonomi, seperti dengan mencari kambing hitam faktor eksternal, atau penjelasan ekonomi yang mbulet yang sulit dimengerti oleh kalangan rakyat bawah. Bagi rakyat kebanyakan, duite tambah okeh, kudune rakyat tambah makmur, maksudnya uang Negara tambah banyak, harusnya bisa bikin rakyat semakin makmur.
Di Negara seberang baru terjadi pergantian pimpinan pemerintahan tanpa harus melalui pemilu. Alasan pergantian, karena perdana menteri sebelumnya tidak bisa membawa ekonomi lebih baik. Lalu diadakan voting dari partai berkuasa dan sepakat mengganti pimpinan dengan yang baru.
Memang pemimpin yang tidak bisa membawa ekonomi menjadi lebih baik, pantas untuk diganti, apalagi tanpa perlu biaya banyak, seperti pemilu yang bisa menghabiskan uang trilyunan rupiah. Demokrasi di Negara tetangga ini patut diapresiasi, perubahan kepemimpinan yang demokrasi tanpa biaya yang mencekik ekonomi Negara. Tentu saja tetap ada pemilu setiap periode yang ditentukan, hanya saja memang ada aturan ganti kepemimpinan partai akan ganti kepemimpinan Negara.
Apapun yang dilakukan Negara tetangga ini didukung oleh rakyatnya, memang begitu enaknya kalau demokrasi sudah matang dan mapan. Jadi bisa berhemat banyak, tanpa harus pemilu lagi dan lagi yang bisa bikin pengeluaran dan pemborosan anggaran Negara.
Kembali pada topik anggaran makin besar kok rakyatnya makin tambah banyak yang miskin. Ini sebenarnya bisa dipandang dan dievaluasi dari segala sisi, tapi pada akhirnya berakhir dengan hal politis. Bisa jadi kebijakan ekonomi yang salah arah, bisa membuat pembangunan sia-sia.
Persoalan ekonomi akan dipandang sebagai hal tidak krusial dalam demokrasi, sehingga apapun bentuk kebijakan ekonomi bisa diatur seenaknya oleh yang kuasa. Padahal kebijakan ekonomi saat ini jauh dari arah yang membawa kepada kemakmuran. Anggaran belanja yang besar telah habis oleh belanja rutin, bayar utang, bayar pegawai, membangun infrastruktur dan semua itu diharapkan bisa mengurangi angka kemiskinan.
Bila masih banyak yang miskin, ya harus bersabar, kasih waktu buat pemerintah untuk bekerja. Memang system kita begitu, bersabarlah dalam kesusahan, karena memang kondisi Negara kita seperti itu.