Kedatangan juragan IMF kali ini dilihat dengan mata curiga oleh banyak pihak. Citra IMF yang cukup buruk di masa lalu, membuat Managing Director IMF Christine Lagarde harus bersikap manis untuk menarik hati publik dan pejabat di Jakarta. Kunjugan pertama ke UI bisa jadi untuk menyakinkan bahwa, mereka bukan seperti yang disangkahkan.
Memang semua tahu siapa sebenarnya IMF ini, dengan modal mayoritas dari Negara kaya, maka tidak heran IMF mewakili kepentingan mereka. Meskipun jabatan pimpinan IMF selalu berganti, tetap saja mayoritas pengambil keputusan adalah pihak yang sama. Bila ada perubahan, tentunya perubahan pada sudut kepentingan sampai di mana Indonesia bisa dimanfaatkan.
Lembaga donor selalu akan mengambil untung sebesar-besarnya, mulai dari keuntungan ekonomi hingga pengaruh pada kepentingan mereka. Tentu saja kepentingan ekonomi mereka. Meskipun ini akan tersembunyi dibalik setiap kontrak pemberian pinjaman yang menekan di sana-sini.
Sebenarnya IMF sudah banyak berubah sejak ekonomi cina mulai “on the rise”. Perubahan policy dalam pemberian pinjaman sudah murni ke keuntungan semata, tanpa embel-embel persoalan politis. Ini karena cara atau model begini sudah bisa ditangkap modusnya.
Sudah banyak Negara yang enggan berhubungan lagi dengan IMF, seperti Indonesia lebih menyukai menerbitkan surat utang daripada ngutang lagi ke IMF. Meskipun Indonesia tetap menjadi anggota IMF dan memiliki share di IMF, tapi no way untuk mengulangi hal yang buruk di masa lampau itu.
Meski sebenarnya kedatangan mereka tepat waktunya, pada saat rupiah bergejolak dan anjloknya bursa saham beberapa waktu yang lalu. Indonesia sebenarnya sangat “butuh sekali” pinjaman atau utang apapun jenisnya. Setidaknya dana pinjaman ini bisa untuk melawan laju pelemahan rupiah.
Namun agaknya kita juga pura-pura tak butuh, meski sang juragan IMF datang dengan tangan terbuka dan segepok uang di tas mereka. Publik nampaknya belum bisa diyakinkan oleh modus dari kebaikan hati mereka dalam memberi hutang. Namun kita tak tahu bagaimana dengan pejabat Jakarta, tentunya mereka bisa bimbang dengan tawaran bantuan pinjaman dari IMF kali ini.