Pertemuan gubernur bank sentral anggota G20 nampaknya tidak memberi sentimen positif di bursa saham. IHSG masih terus mengalami koreksi cukup tajam, dengan aksi jual yang terus dilakukan oleh investor asing. Sedang investor domestik masih rajin membeli, sepertinya buyback saham masih terjadi.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh para investor asing untuk ambil untung dan “kabur” dari bursa. Ini terdeteksi dengan permintaan dollar yang masih cukup tinggi dan menekan rupiah semakin dalam. Nampaknya investor asing tidak terpengaruh oleh adanya paket stimulus atau kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah.
Kondisi bursa saham benar-benar merah membara, dengan aksi investor asing yang mulai berkurang di bursa saham. Ada langkah besar-besaran yang bisa terdeteksi akan adanya suatu peristiwa besar ke depannya. Tingkah laku investor asing yang “kabur” dari bursa ini, seiring dengan pelemahan rupiah.
Ini menandakan bahwa mereka benar-benar keluar dari portofolio investasi Indonesia. Bila dilihat ke bursa saham tetangga, semuanya memerah dan mayoritas bursa dunia juga memerah. Bisa diartikan semua investor ini mulai melirik di luar saham yang sedang bergejolak oleh data ekonomi cina yang kurang baik.
Sebenarnya ekonomi nomor dua di dunia ini, banyak diragukan validitas datanya. Seperti koreksi pertumbuhan ekonomi cina pada kuartal kemarin, menandakan memang ada perlambatan. Namun sebenarnya diperkirakan lebih dari data yang dirilis.
Pemerintah cina dikenal suka melakukan “cover-up” data dan intervensi “gila-gilaan” di bursa saham mereka. Ini membuat gejolak di ekonomi cina ini sering di luar perkiraan. Memang badai belum berlalu, meski gubernur bank sentral cina sudah bilang semua sudah berakhir.
Pasar masih menunggu kenaikan suku bunga amerika dan respon dari pemerintah cina. Dipastikan cina akan kembali melakukan devaluasi tahap berikutnya, bisa jadi akan menimbulkan efek domino di ekonomi global, tak terkecuali di bursa saham Indonesia. IHSG masih belum menyentuh level terbawahnya, maka aksi buyback beberapa waktu yang lalu merupakan langkah yang spekulatif.
Langkah untuk mencegah krisis di bursa saham, tentunya dengan kerugian karena IHSG masih terus terkoreksi. Tidak tahu sampai kapan investor asing ini akan melakukan aksi jual, soalnya tidak ada tanda-tanda akan berhenti.