Diduga melemahnya rupiah merupakan tanda dari daya saing industri yang lemah. Industri kita tak mampu menandingi kualitas maupun harga produk impor yang lebih murah. Padahal bahan baku produk tersebut berasal dari kita. Kenapa dengan bahan baku yang sama, produk kita jadi lebih mahal? Bukankah ada biaya transportasi yang menambah biaya produksi produk impor tersebut?
Bila ditelusuri sebuah industri manufaktur dalam memproduksi sebuah produk industri, maka akan ada banyak komponen yang mempengaruhi biaya produksinya. Mulai dari faktor keuangan di suku bunga kredit, lalu biaya energi, tenaga kerja serta bahan baku dan teknologi industri tersebut. Memang komponen yang membuat biaya produksi ini banyak kategorinya.
Masing-masing bisa mendukung daya saing sebuah produk industri. Selama ini cina dikenal memiliki produk industri yang murah. Di mata media barat, cina dikenal melakukan subsidi yang terselubung pada industrinya. Cina memang sangat tertutup atau tidak transparan dalam mendukung industrinya.
Ambil contoh saja subsidi listrik di cina, dari data yang diperoleh, listrik untuk industri mendapatkan harga yang paling murah bila dibandingkan dengan Negara lainnya. Datanya memang perkiraan karena cina tertutup dalam menentukan tarif listrik untuk industri. Diduga ada tujuan untuk membuat ongkos produksi semurah mungkin.
Cina juga pernah mematok mata uangnya lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Artinya memang mata uangnya dibuat melemah agar harga barang industrinya menjadi lebih murah dan bersaing di pasar internasional. Baru beberapa tahun ini saja, cina mulai mengurangi kekangan atas mata uangnya, setelah mendapatkan protes dari banyak Negara.
Memang cina memiliki strategi yang jitu dalam meningkatkan daya saing industrinya. Mulai dari suku bunga kredit yang rendah untuk industri, listrik yang murah, serta bantuan fiskal pada produk industrinya. Hasilnya cina menjadi Negara pengekspor terbesar di dunia hingga memiliki cadangan devisa terbesar di dunia.
Harusnya strategi cina dalam melindungi industrinya ini bisa dijadikan contoh. Selama ini kita tidak melakukan apapun untuk melindungi industri dalam negeri, bahkan dengan semangat membuka kran impor seluas-luasnya. Melakukan MOU free trade atau pasar bebas sesukanya tanpa melihat kondisi industri dalam negeri.