Lesunya pasar otomotif dalam negeri memang memukul beberapa pabrik mobil di Indonesia. Namun ada juga yang masih bertahan, dan berhasil melakukan terobosan mengekspor keluar negeri. Salah satunya adalah produk Toyota fortuner yang laris manis di Timur tengah.
Memang permintaan mobil SUV di Negara minyak ini sangat tinggi. Kondisi jalanan dan lingkungan yang kurang bersahabat membutuhkan mobil yang kuat di segala medan. Fortuner laris manis karena memang masuk kategori SUV yang murah.
Mungkin saja disini masuk kategori mahal dengan kisaran harga menengah ke atas. Namun di timur tengah, khususnya di Saudi, emirat arab dan Kuwait. Mobil fortuner ini masuk kategori SUV ecek-ecek atau kelas bawah. Disana Fortuner kalah kelas dengan mobil SUV Prado, Pajero, land cruiser maupun lexus.
Hanya karena harganya yang murah dan tampilan SUV yang menawan membuat Fortuner banyak diminati. Ekspor fortuner ini memang merupakan yang terbesar dari Indonesia, disamping juga mengekspor, Toyota Kijang, dan Vios. Diberitakan pada semester tahun ini saja pertumbuhan ekspor Vios sangat menawan, mengalahkan pertumbuhan ekspor fortuner. Meskipun fortuner tetap menjadi yang terbesar.
Padahal bila dibandingkan di dalam negeri angka serapan Fortuner amat rendah. Mungkin saja karena pasar SUV menengah ke atas jumlahnya tidak seberapa. Lain dengan di timur tengah yang daya beli masyarakatnya cukup tinggi.
Diharapkan memang ekspor mobil ke luar negeri ini tidak hanya dirajai oleh jenis mobil SUV seperti fortuner, melainkan juga jenis mobil lainnya. Salah satunya adalah mobil murah LCGC yang bisa memenuhi pasar Negara berkembang. Disini memang perlu agresif dalam melihat peluang yang ada, lewat jaringan pameran otomotif di luar negeri.
Sebenarnya pabrikan besar di Indonesia harus rajin mengikuti pameran di Negara yang memiliki peluang penjualan mobil yang bagus. Ada banyak pameran yang bisa diikuti seperti yang sering dilakukan Negara minyak emirat atau Saudi. Ini akan membuat peluang menyalurkan kapasitas produksi mobil bisa maksimal.
Selama ini kita sebenarnya memiliki kapasitas produksi mobil bisa sampai 2 juta pertahun. Sedang kemampuan beli di dalam negeri Cuma satu juta pertahun, maka diharapkan pasar ekspor bisa ditembus oleh pabrikan kita. Amat sayang bila investasi di otomotif yang besar ini tidak dioptimalkan.