Pertumbuhan ekonomi cina yang melambat bisa jadi akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Setelah krisis di pasar saham cina, dikabarkan ekspor dan impor cina mengalami penurunan yang tajam. Jauh lebih buruk dari perkiraan, ekspor turun 8,9 persen dan impor turun 8,6 persen.
Padahal seperti diketahui, ekspor Indonesia ke Cina mayoritas adalah bahan baku industri atau SDA. Bisa jadi dengan permintaan yang menurun akan menurunkan volume ekspor Indonesia ke Cina. Memang Cina bukan tujuan utama ekspor Indonesia keluar negeri, namun masuk lima besar dalam komposisi Negara tujuan ekspor.
Kondisi ini bisa menjadi alarm atau peringatan bagi pemangku kebijakan di Indonesia untuk segera bisa mencari pasar baru untuk ekspornya. Meskipun dari data yang ada surplus neraca perdagangan masih bisa diraih dalam dua kuartal kemarin. Namun jumlahnya tak signifikan dalam menopang ketahanan rupiah.
Seperti diketahui mata uang rupiah sudah mengalami penurunan cukup tajam selama tahun ini. Terburuk kedua setelah ringgit, bisa jadi rangkaian peristiwa di Cina akan memunculkan ekses yang bisa menghantam perekonomian rupiah. Apalagi dengan transaksi ekonomi yang semakin besar dengan cina.
Perubahan portofolio investasi pada beberapa bulan sudah menandakan adanya antisipasi penurunan di Indonesia. Lebih banyak investasi yang keluar sejak rupiah mengalami penurunan. Kondisi yang sangat tidak kondusif buat berinvestasi.
Bagi investor data buruk yang bisa berpengaruh bagi perekonomian Indonesia akan merupakan peringatan serius. Meskipun bagi pihak pemangku kebijakan akan direspon dengan santai, suatu yang dilihat oleh pasar sebagai “incompetence”, yang bisa menurunkan kepercayaan pasar pada rupiah. Lha gimana gak percaya, wong rumah sudah berasap mau terbakar kok masih santai.
Wajar bila ada pelarian portofolio hampir satu milyar dollar keluar dari Indonesia. Inipun ditanggapi sebagai orang Indonesia yang menaruh uangnya di luar negeri. Suatu yang lemah dalam melihat kondisi yang terjadi.
Ada kekeliruan serius di perekonomian akibat salah dalam melihat kondisi dan kemampuan diri. Ini tercermin dari indikator yang tidak mengalami perubahan berarti selama hampir setahun, bahkan cenderung menurun atau memburuk.