Kemudahan mendapatkan utang, membuat siapapun akan mengambilnya. Tidak peduli dengan bunga yang tinggi sekalipun akan disikat, asalkan bisa memenuhi segala kebutuhan. Padahal gaya hidup seperti ini bisa mengarah menuju kebangkrutan atau bencana keuangan.
Polemik utang untuk usaha atau investasi seringkali dijadikan alasan untuk memuluskan jalan berhutang. Mungkin saja ada benarnya bila keuntungan yang diperoleh lebih baik dari bunga utang yang ditetapkan. Masalahnya seringkali saat bayar utang atau cicilannya akan menggerus modal usaha tersebut, ini tentunya membuat sumbangsih utang menjadi tidak efektif.
Kebiasaan berhutang untuk membeli perabotan rumah tangga atau kebutuhan konsumtif seringkali tak terelakan. Banyak promosi yang menawarkan diskon besar-besaran membuat nafsu untuk menggesek kartu kredit tak terhindarkan. Padahal bila dihitung-hitung keuntungannya sama dengan akibat yang akan dirasakan, justru lebih banyak ruginya.
Demikian pula saat membeli mobil atau motor, kadang dengan uang kas yang ada, berani membawa mobil atau motor ke rumah. Padahal dengan jeda waktu yang sama, membeli mobil atau motor bisa dilakukan lewat jalur investasi, daripada jalur hutang yang lebih merugikan. Ambil contoh dengan tenggang kredit mobil atau motor 3-4 tahun, bila dilakukan lewat jalur investasi seperti reksadana, akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Hanya saja memang kita cenderung tidak bisa bersabar atau menunggu. Kita lebih suka menikmati dulu segala kebutuhan dan membayarnya kemudian. Model begini bila dibiasakan akan membuat putaran ekonomi tidak pernah membaik.
Ada semacam kehilangan yang bila dihitung akan lebih besar dengan berhutang, ini bila memang untuk tujuan konsumtif. Andaipun untuk tujuan investasi, model berhutang yang tepat adalah dengan meminimalkan bunga atau pengembalian hutangnya. Bila dilihat banyak perusahaan besar atau korporasi yang lebih suka menerbitkan saham atau obligasi daripada berhutang ke lembaga keuangan.
Model pengaturan berhutang ala korporasi ini sebenarnya bisa dilakukan dalam sebuah keperluan pribadi atau rumah tangga. Caranya dengan mengelola utang lebih optimal sehingga bunga atau cicilannya tidak memberatkan posisi keuangan. Teknik ini sudah sangat efektif dalam menahan kehilangan akibat berhutang yang tidak sehat.
Sebaiknya pula memiliki model keuangan yang lebih berat di investasi daripada berhutang. Segala keperluan hidup yang membutuhkan dana besar, lebih baik disukupi dengan cara berinvestasi. Cara ini dipastikan akan membuat keuangan menjadi lebih sehat dan tumbuh.