Impor produk industri, seperti ponsel yang membanjiri tanah air adalah semacam dagang kaki lima yang tak ada aturannya. Para pedagang atau importir dibiarkan sesuka hatinya mengimpor dan memilih barang yang disukai dan menguntungkan. Sebagai regulator tidak ada peran pemerintah dalam melindungi industri nasional.
Negara ini hanya menjadi pasar bagi produk industri dunia, tanpa pernah berkutik menerapkan aturan yang jelas. Hampir semua barang impor sebenarnya bisa dibuat di dalam negeri. Semua dibiarkan masuk tanpa halangan yang berarti.
Tidak heran bila barang impor merajalela, sedang industri dalam negeri kembang kempis. Para pengusahanya sudah memilih menjadi pedagang daripada menjadi industrialis yang lebih berguna bagi perekonomian nasional. Wajar bila struktur fiskal amburadul, karena memang tidak ada arah yang jelas dalam mengembangkan industri nasional.
Selama ini pemerintah hanya menyelesaikan masalah yang timbul atau masalah yang mengemuka. Saat masalah ekonomi sudah besar, baru mulai dipikirkan dan diambil tindakannya. Cara manajemen Negara kayak gini memang membuat perekonomian menjadi lesu darah.
Manajemen tidak memiliki kapasitas dalam membangun perekonomian yang lebih baik. Terlihat hanya agar bisa makan, tanpa pernah memikirkan kemajuan perekonomian yang sedang dibangun. Memang tidak memiliki visi yang jelas akan arah perekonomian, maunya membangun infrastruktur tanpa ada tujuan melindungi atau mengembangkan industri dalam negeri.
Impor yang merajalela adalah buah dari MOU dengan negara lain yang tidak pernah dipikirkan efeknya. Akibatnya kran impor begitu terbuka, menjadi Negara pasar bebas hanya untuk menarik investor masuk ke tanah air. Harusnya ada prioritas dalam melindungi industri dalam negeri, tanpa menurunkan iklim investasi yang kondusif atau harus menuruti kemauan Negara investor.
Mereka pastinya punya kepentingan atas bantuan atau pinjaman yang ditawarkan. Embel-embel inilah yang membuat industri nasional dalam ancaman. Pemerintah seakan tak peduli rakyatnya tak punya pekerjaan, yang penting target investasi tercapai dan target pertumbuhan ekonomi tercapai.
Padahal ekonomi tumbuh tapi menyisahkan persoalan pengangguran yang semakin besar. Efeknya tentu akan lebih berat dari hasil yang didapatkan. Dengan kata lain ekonomi tumbuh tapi realistasnya susut.