Pelemahan rupiah sebenarnya bisa mendorong naiknya kinerja ekspor. Namun kondisi ini tidak dimanfaatkan secara optimal, kinerja ekspor hanya gitu-gitu saja. Justru impornya yang tetap bersemangat. Lalu kenapa kinerja ekspor kita tak begitu optimal?
Banyak penyebab yang membuat kinerja ekspor tak begitu optimal. Bila ditelisik ada banyak faktornya, dari daya saing produk ekspor yang rendah sampai lemahnya strategi marketing produk ekspor. Semua itu bila diramu membuat kinerja ekspor tak akan pernah membaik, meskipun dengan bantuan pelemahan rupiah.
Sebenarnya kita bisa belajar banyak dari Jepang, pada awal tahun 2000 sebelum disalip oleh cina, jepang dikenal merupakan ekonomi nomor dua di dunia. Jepang waktu itu memiliki surplus perdagangan gila-gilaan dengan Amerika. Nilai surplusnya sangat besar hingga membuat cadangan devisa jepang menumpuk.
Waktu itu amerika mengeluhkan adanya dumping, yen undervalue, yang memang dilakukan jepang untuk meningkatkan daya saing ekspornya. Kita tentunya tidak harus melakukan dumping atau semacamnya. Namun kita bisa mencontoh Jepang yang sangat agresif dalam memasarkan produk ekspornya.
Orang jepang sangat pandai dalam membuat yen undervalue sebelum menggebrak pasar amerika. Hasilnya selama bertahun-tahun jepang surplus neraca perdagangan yang besar dengan amerika.
Sebenarnya dengan rupiah melemah harusnya kinerja ekspor membaik. Namun kondisi ini tidak terjadi, kinerja ekspor tak begitu cemerlang, bahkan boleh dibilang tak bisa memanfaatkan momentum. Harusnya tim marketing di kementrian perdagangan lebih agresif dalam memasarkan produk ekspor.
Bila masalah dana untuk promosi, akan selalu menjadi persoalan klasik. Padahal bisa memanfaatkan kerjasama dengan para eksportir atau perusahaan besar. Kita sebenarnya memiliki banyak perwakilan dagang di luar negeri, ini di luar kedutaan besar dan atase perdagangannya.
Permasalahannya seringkali para perwakilan dagang ini kurang agresif dalam melihat peluang di setiap ekspo atau promosi. Mereka bisa mengatur kehadiran eksportir dan produknya di setiap pameran yang ada. Meskipun bisa juga lemahnya koordinasi antara perwakilan dagang dan kementrian perdagangan, membuat para eksportir ini tak memiliki kesempatan mengikuti pameran tersebut.
Sungguh sangat disayangkan bila pelemahan rupiah yang dalam ini tidak memberikan keuntungan yang besar bagi neraca perdagangan. Agaknya perlu perhatian serius dari tim ekonomi, untuk menata kembali kinerja kementrian perdagangan agar bisa optimal.