Diperkirakan cadangan devisa on cash yang bisa dipakai BI untuk intervensi tidak sebesar yang diduga. Memang data resminya memiliki 100 milyar dollar lebih, tapi pada kenyataannya bisa kurang dari itu, bahkan mungkin sudah menipis atau tidak ada. Ini bukan isapan jempol soalnya terjadi pula di banyak Negara.
Seperti cina yang digembar-gemborkan memiliki 3.6 trilyun dollar cadangan devisa. Namun pada kenyataannya hanya 600 milyar dollar yang on cash, artinya hanya seperenam yang bisa dipakai untuk intervensi di pasar. Kondisi ini tentunya bila diketahui oleh publik bisa membuat kacau keadaan.
Bayangkan bila Negara tidak memiliki cadangan devisa on cash bisa jadi spekulan akan merajalela. Besar kemungkinan besaran devisa on cash ini tak akan pernah dirilis ke publik, meski kenyataannya bisa saja sudah menipis atau habis. Biasanya pihak otoritas menghimbau para eksportir yang memiliki dollar untuk melepas valasnya tersebut.
Memang tidak ada aturan untuk memaksa eksportir ini untuk melepas dollar. Namun dengan kondisi rupiah yang bergejolak bisa dipastikan banyak yang enggan untuk melepasnya, karena semua tahu sampai level mana posisi pelemahan rupiah ini akan tercapai. Bisa jadi bila semakin dalam jatuhnya akan suatu kerugian melepas dollarnya.
Diperkirakan banyak eksportir yang wait n see atas himbauan ini. Memang apa mau dikata, kondisinya serba sulit. Bisa jadi para eksportir juga memiliki kepentingan akan dollar yang dimiliki, misal masih punya utang dalam bentuk dollar atau butuh untuk impor barang juga.
Semua ini membuat situasi serba sulit, disini BI harusnya punya langkah strategis dalam mengelola cadangan devisanya. Jangan sampai cadangan devisa on cash ini menipis, bahkan habis. Suatu hal yang blunder kalau sampai habis, soalnya gejolak mata uang ini belum menemukan titik keseimbangan.
Kondisi global masih terus bergejolak dengan tindakan cina dan amerika yang bisa membuat kondisi semakin ruwet. Besar kemungkinan semua ini belum akan berakhir. Posisi rupiah yang sudah tembus level psikologisnya ini bisa saja melemah semakin dalam.
