Sebenarnya rupiah sudah dalam posisi melemah sejak awal tahun. Namun sampai beberapa kuartal berjalan kondisi pelemahan rupiah ini tidak dimanfaatkan secara optimal. Nilai ekspor yang didapat tidak bisa digunakan untuk mengenjot surplus neraca perdagangan menjadi lebih besar.
Nampaknya pemerintah justru lebih sibuk dalam menangani gejolak rupiah, daripada memanfaatkan untuk mengenjot ekspor. Padahal ekspor inilah yang menjadi obat dari pelemahan rupiah. Sudah menjadi mekanisme pasar, saat ekspor suatu Negara menjadi begitu kuat, maka otomatis mata uangnya akan menguat dan mengerem penguatan ekspor itu.
Namun ini tidak terjadi pada ekonomi Indonesia, saat rupiah melemah malah impor masih berpesta pora. Bila tidak ada penurunan daya beli akibat penghapusan subsidi BBM, maka nilai impor bisa tak terkontrol lagi. Ada yang anomali di ekonomi rupiah, dimana saat rupiah melemah bukan ekspornya yang menguat tapi impornya yang menggila.
Kondisi ini sebenarnya bisa dimaklumi karena ekonomi rupiah adalah ekonomi konsumtif. Pertumbuhan ekonomi rupiah memang besar dari sisi konsumtif. Wajar meski perekonomian tumbuh tapi tidak memberi perbaikan pada indikator ekonomi.
Pertumbuhan konsumtif yang terjadi hanya menguntungkan industri luar negeri yang membanjiri barang impor ke dalam negeri. Hal ini terjadi karena memang industri manufaktur dalam negeri sudah lumpuh. Barang-barang atau produk kita kalah bersaing dengan barang impor.
Wajar pula saat rupiah melemah, tidak banyak yang bisa diperoleh. Padahal bila bisa memaksimalkan ekspor, maka bisa memperbaiki indikator ekonomi yang buruk ini. Tentunya ini kembali pada kebijakan pemerintah dalam mengendalikan perekonomian rupiah.
Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan pemerintah daripada panik atau sibuk dengan pelemahan rupiah. Momem pelemahan rupiah harusnya bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi ekspor yang ada. Pemerintah harusnya menjadi pendukung seluruh elemen produk ekspor, agar bisa lebih memaksimalkan kemampuan ekspor.
Selama ini langkah pemerintah justru defensif, dengan sibuk mengurusi persoalan impor hingga peluang ekspor tidak dimanfaatkan. Momen menarik dalam memaksimalkan ekspor ini tidak akan berlangsung lama, saat rupiah sudah stabil maka peluang ekspor akan hilang dengan cepat.