Badai finansial bakal tidak terhindarkan. Bila pemerintah punya dalih bahwa ekonomi rupiah tidak akan bankrut, tapi banyak kalangan dan pelaku bisnis percaya ekonomi akan mengalami penyusutan. Boleh dibilang krisis keuangan ini sebenarnya juga diiringi oleh “power struggle” dalam pucuk elite koalisi pemerintah, sehingga menambah persoalan ekonomi menjadi semakin runyam.
Seperti biasa pelaku usaha atau investor akan mengamati kondisi ini dengan seksama dan mencari jalan aman dalam berinvestasi. Hal ini juga diikuti oleh otoritas jasa keuangan atau OJK yang sudah bersiap dengan skenario yang terburuk. Krisis yang ada memang terlihat hanya persoalan ekonomi, tapi diluar sana sudah mencium bau politis dalam persoalan ekonomi ini.
Salah satu sektor yang yang paling terpukul dengan krisis finansial adalah sektor perbankan dan jasa keuangan. Mungkin beritanya tak terlalu ramai saat beberapa BPR tutup. Ini sebenarnya sudah diduga dengan menurunnya permintaan kredit, BPR atau bank kecil ini akan cepat kolaps karena bermain dengan rate yang tinggi.
Perurunan permintaan kredit ini sudah diprediksi saat kredit macet semakin bertambah dalam kuartal pertama. Hanya saja tak begitu terekspos secara terbuka, lembaga keuangan seperti di kredit otomotif sudah merasakan naiknya pemasukan denda kredit akibat terlambat bayar dari nasabah. Kondisi ini sudah semacam reaksi berantai yang menandakan naiknya resiko kredit macet.
Suatu alarm yang sebenarnya bisa direspon dengan cepat ini menjadi tak berarti saat pemerintah sibuk sendiri. Sebenarnya isu reshuffle yang didengungkan tak lebih dari “rebutan pengaruh” di elite koalisi. Jadi atau tidak sebenarnya bukan poinnya, masalahnya rebutan kuasa ini terlalu berat dan berlarut. Kondisi ini berbeda dari jaman pemerintah sebelumnya, dimana pemerintah punya legitimasi yang kuat di koalisi.
Bisa jadi rupiah yang sudah melemah paling buruk kedua setelah ringgit ini akan menemui titik puncak saat level pelemahan psikologis sudah terlampaui. Bila langkah pemerintah tak cukup tepat, maka badai finansial ini bisa memakan banyak korban di industri keuangan. Power struggle yang harusnya sudah over ini menambah kondisi semakin runyam.