Kalimat ini cukup tepat saat diucapkan oleh seorang tokoh nasional. Dalam menengahi krisis konstitusi dan juga krisis kepercayaan pada pemerintahan. Suatu yang juga dicium oleh sebuah media ekonomi internasional, bahwa ada faksi yang berebut pengaruh di koalisi pemerintah.
Kondisi ini tentunya tidak baik bagi suatu iklim investasi yang kondusif. Meskipun banyak kepala pemerintahan asing dan delegasi ekonominya yang mengunjungi Indonesia, gejolak di panggung politik ini berpengaruh besar dalam iklim investasi. Investor asing cenderung cari aman buat berinvestasi.
Bagi mereka apa yang ditawarkan oleh pemerintah sangat menarik, tapi tidak tepat waktunya. Ini sama saja dengan menerima tamu dalam kondisi keluarga yang sedang “berperang”. Nuangsa tidak nyaman terasa oleh sang tamu, mau tinggal berlama-lama jadi tidak enak, takut kena imbas dari “pertengkaran” ini.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sang “CEO” tidak memiliki kuasa atas mandat yang diberikan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh para penumpang gelap yang sudah bermasalah secara hukum. Istilahnya ada “bad guys” di koalisi yang membuat investor tidak nyaman.
Bila rupiah bisa melemah begitu cepat, ini berarti tanda kepercayaan investor sudah luntur. Sudah tidak melihat adanya harapan dalam berinvestasi di zona rupiah. Kondisi ini harusnya dilihat oleh faksi-faksi yang bertikai agar menyadari kekeliruannya ini. Jangan sampai gara-gara ulah seorang rusak ekonomi secara keseluruhan.
Sudah waktunya pemerintah mengambil langkah tegas, memenuhi harapan publik. Mereka yang memberi mandat sudah seharusnya didengarkan harapannya. Mungkin “honeymoon is over” dan publik agaknya sudah kecewa dengan hal ini.
Bagi investor saat kepercayaan publik sudah menurun, maka sudah tidak ada harapan lagi berinvestasi di situ. Pundi-pundi uang mereka bisa terancam kapan saja, dengan kondisi investasi yang tidak kondusif. Mungkin prospek investasinya bagus, tapi bila kondisinya tidak tepat maka lebih baik “wait n see” dulu.
Mungkin inilah efek buruk demokrasi yang dikawatirkan bisa terjadi. Dimana tidak ada leadership yang kuat akan membuat roda pemerintahan dan ekonomi bisa terganggu. Masalahnya buat mengurusi diri mereka sendiri saja sudah sulit, apalagi mengurusi Negara yang besar ini.