Kejatuhan rupiah yang tembus ke level barunya sebenarnya sudah banyak diprediksi. Meski sejatinya lebih cepat dari perkiraan, seharusnya rupiah bisa bertahan saat ada angin segar surplus neraca perdagangan. Namun anjloknya kembali bursa saham cina membuat rupiah makin tak menentu nasibnya.
Diperkirakan akan ada badai besar menghampiri rupiah. Ini juga nampaknya sudah dirasakan oleh para pejabat otoritas keuangan, indikator ekonomi yang ada agak rapuh dalam menghadapi pengaruh eksternal. Meskipun sebenarnya ekonomi rupiah baik-baik saja, tapi sebenarnya tak sebaik yang diperkirakan.
Banyak pelaku usaha sudah siap-siap bila rupiah jatuh semakin dalam. Tentunya dengan jurus mengoleksi dollar. Akibatnya hal ini semakin membuat rupiah semakin terpojok, hanya tinggal kena uppercut kiri atau kanan sudah jatuh KO.
Mungkin bukan persoalan KO yang bisa bangun lagi, tapi kejatuhan yang bisa menghantar ke krisis yang lebih dalam. Banyak pengamat memprediksi tindakan pemerintah terlalu ceroboh dalam membuat kebijakan ekonomi. Tindakan menghapus subsidi BBM tanpa aksi proteksi fiskal, membuat ketahanan rupiah sangat rapuh.
Apalagi dengan cadangan devisa yang menurun mendekati level psikologis. Bayangkan Negara besar dan terbesar di asia tenggara ini kalah cadangan devisanya dengan uang kas yang dimiliki sebuah perusahaan di Amerika. Ini membuat setiap hantaman dari eksternal yang sebenarnya hanya jeb kiri atau kanan menjadi pukulan yang mematikan. Ini karena kondisi fiskal memang amat rapuh.
Memang ada perbedaan tipis antara orang yang pede dan nekad, nampaknya bukan “confident” yang dimiliki tapi “bonek” yang diandalkan. The leadership is too weak dan diragukan akan bisa lepas dari hantaman krisis. Soalnya tidak ada perubahan signifikan dari kondisi eksternal yang tidak kondusif ini.
Apa yang mereka lakukan tidak kreatif dan tidak memiliki pengalaman dalam menghadapi badai yang akan datang. Harusnya tidak perlu “sungkan” atau segan mencari orang yang kredibel di bidangnya. Persoalan politis dan kembali the weak leadership membuat langkah menghadapi badai ini terlalu lambat.
Tidak ada respon positif yang diharapkan oleh pasar dan pelaku bisnis dari tindakan preventif pemerintah. Ini membuat mereka melakukan caranya sendiri agar selamat dari badai moneter. Sayang sekali Negara sebesar ini tidak di-orkestra-i oleh maestro yang kurang mumpuni.