Proyek 35 ribu MW yang digagas pemerintah ini sebenarnya sudah tepat. Ini mengingat kebutuhan listrik yang semakin besar, baik untuk konsumsi maupun industri. Hanya saja bila tarif listriknya tidak murah, maka tidak akan menguntungkan secara ekonomi.
Persoalannya sudah dialami oleh banyak Negara maju, dan ditiru oleh Cina dengan menyediakan listrik murah bagi industri maupun konsumsi. Hasilnya produk industri cina menjadi sangat murah dan kompetitif. Disamping banyak hal yang mendukung produk cina ini menjadi lebih murah, namun peran listrik yang murah tidak dipungkiri.
Dari data yang ada, memang terdapat perbedaan signifikan antara tarif listrik untuk industri di Cina dengan banyak Negara. Bila dibandingkan dengan kita saja perbedaannya cukup besar hingga hampir mencapai 75 persen. Sangat jauh lebih murah tarif listrik untuk industrinya.
Cina dikenal memiliki pembangkit listrik yang komplit, ada pembangkit listrik tenaga nuklir, PLTA, PLTG, PLTD dan batubara. Semua potensi kelistrikan digarap oleh cina agar bisa mencapai biaya listrik yang murah, bahkan seringkali tanpa mempedulikan lingkungan. Pengalaman olimpiade 2008 yang diwarnai dengan kabut tebal di kota beijing akibat polusi yang berat, ini disebabkan penggunaan energi batubara yang berlebihan.
Memang keburukan dari energi batubara ini adalah jelaga hitam yang menyebabkan polusi udara yang berat, bahkan kota Beijing bisa tak terlihat pada pagi hari karena kabut jelaga ini. Boleh dibilang Cina lebih mementingkan listrik murah untuk sumber energinya. Meskipun sebenarnya Cina punya banyak reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik, tapi belum mencukupi kebutuhan industri dan konsumsi penduduknya yang besar.
Bagi Indonesia sendiri, persoalan listrik murah sangat sulit diperoleh, selama pembangkitnya masih bergantung pada BBM, maka tidak akan pernah bisa menghasilkan listrik yang murah. Disini sebenarnya visi pemerintah dalam membangun proyek listrik 35 ribu MW dipertanyakan. Apakah bertujuan untuk menyediakan listrik murah atau hanya memenuhi kebutuhan yang ada?
Indonesia sendiri memiliki penggunaan listrik konsumtif yang sangat besar, ini karena jumlah penduduk yang sangat besar. Suatu kondisi yang tidak menguntungkan, tidak ada langkah sama sekali mengurangi laju jumlah penduduk yang semakin memberatkan perekonomian. Industri menjadi tersisihkan oleh konsumsi listrik yang besar oleh penduduknya.
Memang serba susah bila visi listrik 35 ribu MW ini hanya untuk kebutuhan konsumtif. Bisa jadi listrik murah untuk industri tidak akan pernah terpenuhi, Dengan demikian tidak ada kontribusi pemerintah dalam meningkatkan daya saing produk industri di masa depan.