Ditengah berita kehadiran mobil Cina ke pasaran dalam negeri, kenangan akan mobil esemka kembali mencuat. Apa sebenarnya kabar mobil esemka ini yang seakan hilang dari perhatian publik? Padahal mobil esemka ini pernah digadang-gadang menjadi mobil nasional.
Pada masa jayanya mobil esemka ini hampir tiap hari tak luput dari pemberitaan. Di media massa menjadi trending topik dan menjadi sorotan publik. Mobil esemka ini seakan bakal menjadi cikal bakal mobil nasional atau mobnas.
Namun kondisi ini nampaknya sudah berlalu, semuanya sudah menjadi kenangan. Program mobil esemka ini ternyata hanya hangat-hangat tai ayam. Hanya ramai di awal tapi saat dihadapkan pada kenyataan, mereka menyerah dan mundur dengan teratur.
Padahal program ini sempat menjadi perhatian nasional, karena memunculkan pahlawan dan harapan baru. Nampaknya kita kembali bermimpi dan harus segera menyadari akan kondisi industri yang kurang menguntungkan. Kita terbiasa dengan yang wah, tapi tidak terbiasa untuk menggapainya.
Mentalitas lemah ini sudah menjangkiti industri secara keseluruhan, dimana iklim ekonomi ini membuat para pengusaha industri bertekuk lutut. Mereka lebih memilih menjadi pedagang daripada bergelut membesarkan industri mereka. Iklim ekonomi memang tidak pasti, terlalu beresiko bila membangun industri yang hanya menghamburkan uang saja.
Selama ini program mobnas hanya ramai di awal, tapi pada akhirnya bubar teratur. Kabarnya akan ada program mobnas baru, tapi bila dilihat beritanya yang sudah menghilang, maka akan sama nasibnya dengan sebelumnya. Apalagi dengan tantangan kehadiran mobil cina yang biasanya akan sangat murah meriah.
Selama ini industri manufaktur kita berbiaya tinggi, selalu mahal di akhir produksi. Kita tidak bisa bikin produk industri yang bisa bersaing di pasaran. Produk kita dengan mudahnya dikalahkan oleh produk cina yang murah.
Kita sudah kalah selangkah dari industri cina, mereka memiliki naker yang murah, bunga kredit yang rendah, listrik yang lebih murah. Ini membuat daya saing produksi industri juga kalah. Jadinya kita hanya menjadi bangsa konsumen saja, tanpa pernah mandiri memiliki mobil nasional sendiri.