Tentunya dengan harga pertalite yang lebih mahal dari premium, tak banyak pengaruhnya dalam konsumsi premium. Mungkin saja bila harganya disamakan dengan premium, dijamin pada pindah ke pertalite. Soalnya perbedaan pertalite dengan premium tidaklah signifikan.
Hanya beberapa mobil dengan mesin baru yang berkompresi tinggi akan terasa manfaatnya. Lagian kalau ingin berhemat, tentunya lebih baik langsung ke pertamax. Kondisi ini mungkin dalam beberapa waktu akan terjadi aksi coba-coba pengguna premium dan pertamax.
Namun saat disadari manfaat dan biaya yang harus ditanggung, tentunya orang akan lebih memilih premium daripada pertalite. Mungkin saja bagi yang segmen pengguna mobil baru, akan beruntung dengan kehadiran pertalite. Memang masih kalah hemat dengan pertamax, tapi dengan harga lebih miring akan beralih ke pertalite.
Sebenarnya bila melihat segmen pengguna BBM pada kendaraan bermotor, ada kecenderungan premium masih akan menjadi raja. Kecuali bila premium ditiadakan, mau tidak mau orang akan pakai pertalite. Nampaknya kehadiran pertalite ini hanya coba-coba, sekaligus tes pasar, sebelum benar-benar menghapus keberadaan premium.
Diduga tingginya angka pengguna premium ini membuat pemerintah atau pertamina selalu tekor dalam pengadaannya. Ini sebenarnya lebih dari persoalan distribusi, dengan adanya pertalite sebenarnya malah membuat system distrubusinya tambah mahal. Belum lagi katanya pertalite ini masih diimpor.
Dengan kondisi rupiah yang melemah, bukan tidak mungkin harga pertalite ini akan tidak ekonomis lagi, karena akan lebih mendekati harga pertamax. Sebenarnya langkah pertamina atau pemerintah menyediakan pertalite ini boleh saja. Asalkan bisa diproduksi sendiri di dalam negeri.
Bila pertalite masih impor, hanya menambah beban fiskal. Tidak menyelesaikan persoalan BBM, tapi malah menambah persoalan baru. Belum lagi anggaran penggadaan peralatan yang belum tentu impas dalam waktu singkat.
Selama ini langkah pemerintah yang masih bergantung pada BBM migas ini patut dipertanyakan. Harusnya sudah mulai menambah pasokan energi terbaharukan. Ambil contoh biosolar harusnya bisa dimaksimalkan produksi maupun jenisnya.
Langkah mengganti premium dengan pertalite ini sebenanrnya hanya sama saja memindahkan masalah lama ke masalah baru yang sama kualitasnya. Harusnya kita belajar dari Brasil yang sukses mengembangkan bio energi. Di saat nanti harga minyak kembali naik, pertalite bisa jadi tidak akan berguna lagi.