Saya teringat beberapa tahun yang lalu saat seorang relasi mendapat tugas dari perusahaan untuk mencari batubara di pulau Kalimantan. Waktu itu memang sedang mahalnya harga BBM industri sehingga mencari energi alternatif batubara sebagai ganti di industri perusahaannya. Herannya kok bisa semudah itu menambang batubara di Kalimantan.
Ternyata dengar-dengar dari beberapa relasi yang main di industri kayu hutan, ijin menambang batubara itu sangat mudah. Bahkan ada yang banyak berlindung di balik ijin kehutanan atau perkebunan. Misal perkebunan kelapa sawit yang sudah mencapai umurnya, biasanya lahannya sudah tidak subur lagi dan tidak bisa ditanami lagi. Para pengusahanya biasanya dengan mudah beralih ke batubara yang dengan mudah pula didapat di sana.
Seringkali tanpa melakukan eksplorasi, tambang batubara ini dengan mudah ditemukan di permukaan tanah. Demikian pula dengan beberapa pengusaha kayu hutan industri yang memiliki lahan atau ijin HPH yang jelas batasnya, seringkali melakukan eksplorasi di luar batasnya. Mereka dengan mudah mendapat kayu hutan dan batubara di bawahnya.
Tidak heran penambangan batubara illegal ini tumbuh subur, tidak jelas apa karena tidak ada pengawasan, kurang pengawasan atau memang sudah kompromi pengawasannya. Ini membuat penambangan batubara ini diluar kendali. Banyak lahan kehutanan yang sebelumnya subur rusak oleh penambangan batubara ini.
Di hutan Kalimantan memang lahannya banyak yang rusak, kalau tidak karena perkebunan sawit, bisa juga karena penambangan batubara dan illegal logging. Semua ini biasanya terjadi di kawasan kehutanan. Saat ramai pemberantasan illegal logging, para “penjarah” ini ramai-ramai pindah ke batubara.
“Emas hitam” ini memang pernah jaya, namun seiring anjloknya harga minyak dunia, maka harga batubara juga ambruk. Penambangan batubara liar atau illegal ini berhenti dengan sendirinya, karena memang sudah tidak menguntungkan. Industri juga sudah mulai balik ke BBM, meskipun masih ada saja yang pakai batubara.
Matinya industri penambangan batubara ini memang cukup membuat banyak penggangguran. Industri batubara raksasa saja ambruk, apalagi yang kecil. Padahal industri penambangan batubara ini diduga mengangkat golongan menengah di Indonesia. Mereka OKB dari industri batubara ini mungkin sudah cukup kaya untuk meninggalkan tambang mereka dan beralih ke investasi lainnya, sedang mereka yang di bawah kesulitan mencari pekerjaan, karena memang ekonomi lagi lesu.