Jor-joran

04 July 2015

Budaya mudik menjadi tradisi tahunan yang sudah melegenda. Perjalanan panjang dan melelahkan terasa impas saat bertemu dengan sanak saudara, orang tua dan handai taulan. Rasa kangen terobati dengan bertemu, bersalaman dan sungkem dengan orang tua tercinta.

Tradisi ini melestarikan hakikat kita yang tak bisa lepas dari orang-orang yang telah membesarkan kita. Maka wajar bila selalu ada pertanyaan, sudah jadi apakah sekarang? Ini yang membuat acara mudik menjadi ajang persaingan dan pamer bagi sanak saudara.

Sisi negatif inilah yang membuat keuntungan bagi industri otomotif. Orang cenderung membeli motor atau mobil baru saat mendekati lebaran. Bila tidak leasing atau sewa mobil bisa dilakukan. Semua ini memang serba konsumtif, jeleknya karena melakukan hal di luar batas kemampuannya.

Kondisi ini ditopang pola ekonomi negeri ini yang memang bertumpu bagi pertumbuhan konsumtif. Maka tidak heran infrastruktur tol lebih dipilih daripada jaringan angkutan masal seperti kereta api. Pola yang dibidik memang kesitu.

Bukannya kemacetan diatasi dengan pembatasan jumlah mobil atau menaikan pajak kendaraan bermotor, tapi di-kompori dengan membangun jalan tol. Bila ingin jadi Negara maju, harusnya jaringan kereta api yang didahulukan. Bisa jadi persoalannya sudah lebih ruwet dari yang dilihat.

Andai jaringan kereta api dibangun, jumlah kendaraan dibatasi, pastinya industri otomotif teriak-teriak. Selama ini negeri ini menjadi pasar subur motor maupun mobil, yang keuntungannya lari keluar negeri. Maka wajar kondisi fiskal tidak pernah bisa diperbaiki, lha wong arah kebijakan ekonomi sudah kesana.

Kebijakan konsumtif ini sudah menjadi dasar bagi perekonomian kita, maka wajar saat rupiah melemah, daya beli rakyat menurun. Maka pemerintah segera menghapus pajak golongan bawah, padahal tanpa dihapuspun target pajak akan tak tercapai juga. Apalagi dengan kondisi rupiah tertekan, maka penghasilan Negara tidak akan mencukupi belanja Negara.

Tidak heran utang Negara bertambah besar setiap tahunnya, lha wong rakyatnya konsumtif, pemerintahnya konsumtif, maka ekonominya juga konsumtif pula. Jadi jangan harap untuk menjadi besar atau makmur, bila besar pasak daripada tiang. Selama ngutang melulu, ekonomi negeri ini tidak akan maju-maju.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->