Sektor pariwisata sebenarnya sangat diuntungkan saat rupiah melemah. Turis manca negara akan senang karena semua serba murah disini. Hanya saja potensi dan kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan optimal.
Ambil contoh saja fasilitas city tour yang harusnya gratis diberikan pada turis ini, tidak digarap dengan optimal. Mentang-mentang gratis maka para turis ini mendapatkan layanan ala kadarnya. Padahal disini peluang marketing obyek wisata kota tersebut semakin besar.
Lewat city tour, para turis macanegara ini bisa mengetahui secara nyata, tempat-tempat wisata yang bisa mereka kunjungi secara real. Ambil contoh di Singapura, selain fasilitas city tour gratis yang disediakan di bandara changi, juga memiliki jurus marketing yang bagus. Ada guidenya dengan aksen singlish yang kental, sudah cukup jitu dalam menjaring para turis untuk betah disana.
Seandainya para turis ini hanya stopover, biasanya dilain waktu akan mengambil waktu transit yang lebih panjang. Disinilah potensi wisata sebuah kota bisa dioptimalkan. Bukan karena gratis, para turis dilayani seadanya, ini adalah trik marketing yang kurang mengena.
Kunjungan turis merupakan aliran dollar yang sangat baik bagi ketahanan rupiah. Semakin betah turis berkunjung akan semakin banyak dollar yang dibelanjakan. Selama ini negeri ini memiliki potensi yang besar, hanya tidak dimanfaatkan dengan optimal.
Fasilitas tour guide yang dimiliki oleh pemerintah masih kalah dengan yang disediakan oleh layanan online. Ada perbedaan dalam memandang sesuatu yang menarik dengan sebuah informasi yang akurat. Seringkali informasi dari layanan pemerintah ini tidak diupdate secara regular.
Mungkin karena kurangnya SDM yang mumpuni atau memang strategi marketingnya kurang bagus. Bisa juga karena belum mengarap informasi yang ada ke dalam aksi pemasaran yang jitu. Padahal data sudah ada, potensi juga ada, lalu kenapa tidak dimanfaatkan secara optimal.
Mungkin saja penjaringan pegawai yang kurang baik, dimana seorang staff pariwisata gaptek teknologi atau kurang baik berbicara bahasa inggris. Mungkin saja penerimaan pegawai di bagian pariwisata ini hanya berdasar penampilan, “good looking”, tanpa mengerti apa yang sedang dijual, maka wajar potensi yang ada tidak tergarap dengan baik. Lihat faktanya dengan obyek wisata yang lebih banyak dan beragam masih kalah dengan si “truly asia”, bahkan dengan “truly orient” dalam jumlah kunjungan wismannya.