Siapapun pasti kenal dengan produk-produk Toshiba yang menghiasi banyak rumah tangga di seluruh dunia. Perusahaan raksasa Toshiba ini baru saja mengalami skandal akuntansi terbesar dalam sejarah Jepang, mungkin hanya bisa disaingi oleh kasus Olympus beberapa tahun yang lalu. Modus kecurangan dalam pembukuan laporan keuangan perusahaan Toshiba ini memang cukup klasik.
Wajar bila banyak pengamat menduga adanya ketidaksengajaan, soalnya buat apa top manajer perusahaan raksasa dengan keuntungan besar masih melakukan praktek markup keuntungan. Bukannya ini hanya akan meruntuhkan perusahaan itu sendiri. Namun ditenggarai budaya bisnis korporasi yang kental dengan rasa hormat pada atasan atau superior menjadi biang keladi persoalan di banyak korporasi Jepang.
Para staff atau bawahan ini tidak bisa melawan perintah atasan. Mereka harus memenuhi target yang biasa diberikan pada mereka, bagaimanapun caranya. Mau kerja keras, lembur 24 jam, apapun akan dilakukan asalkan target dari bos bisa dipenuhi. Kondisi inilah yang melahirkan kecurangan pembukuan di level menengah pada manajemen.
Meskipun pada akhirnya manajemen level atas, yaitu CEO dan vice presiden dikabarkan mengundurkan diri. Mereka memang tidak melakukan kesalahan tersebut, tapi memiliki tanggung jawab atas kecurangan tersebut. Inilah sisi positif korporasi di Jepang, pemimpin memiliki tanggung jawab atas kesalahan anak buahnya.
Salah satu laporan pembukuan yang menjadi sorotan adalah divisi energi Toshiba yang membawahi reaktor nuklir fukushima. Diduga untuk menutupi penurunan laba akibat bencana fukushima, para menajer di bagian divisi energi ini melakukan markup keuntungan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sebenarnya hal ini dengan mudah bisa dideteksi, namun dibiarkan selama 4 tahun oleh para superiornya.
Memang bukan top manajemennya saja yang mengundurkan diri, rantai manajemen eksekutifnya juga dikabarkan mengundurkan diri. Sebenarnya Toshiba adalah korporasi sehat yang memiliki laba dan prospek yang cukup bagus. Dengan skandal ini bisa mempengaruhi kepercayaan mitra bisnis Toshiba di seluruh dunia.
Meskipun saham Toshiba dikabarkan melonjak dengan pengunduran diri para top manajernya, tetap saja ada masalah serius di perusahaan Toshiba. Diduga ketatnya persaingan dengan perusahaan sejenis di korea dan cina, membuat sales dan laba Toshiba tergerus tajam.