Batam dan Singapura ini adalah dua pulau yang letaknya berdampingan. Memiliki cuaca yang sama, tanah yang sama, namun beda peruntungannya. Bagai langit dan bumi, ibarat bertetangga, satunya kaya mapan sedang satunya tak kunjung mapan dan kaya.
Beda peruntungan ini karena model pengelolaan yang berbeda. Bila dirunut ke masa berdirinya singapura dan berkembangnya batam, Singapura lahir dari model pengelolaan Britis yang terpelajar, otak lebih dihargai dari otot, sedang batam berkembang buat mendapatkan limpahan nasib dari negeri tetangga.
Model pengelolaan yang berbeda ini membuat batam menjadi tetangga yang tak pernah puas. Selalu melirik dan melihat gemerlap diseberang. Apalagi dengan biaya murah naik ferry bisa mencapai negeri gemerlap tersebut. Tentunya dengan mudah tahu nasib dan kondisi tetangganya ini. Kenapa nasib kita kok tidak sama?
Padahal batam sebenarnya sudah dikembangkan untuk menyaingi Singapura. Idenya kalau pulau kecil diseberang ini akan overload dan melirik batam. Maka dibuat sebuah otoritas batam yang memiliki pengelolaan model kayak sebuah korporasi. Namun sayangnya tiru meniru ini tidak persis sama.
Tetangga satu ini terlalu berwarna, saat dicopy Cuma dapat hitam putihnya. Jadinya batam tetap menarik dari sisi nomor 2, hanya jadi tempat limpahan, bukan tempat tujuan investasi yang menarik. Iklim investasi di batam sama saja dengan induk semangnya.
Bila investor datang ke singapura untuk berinvestasi, mereka akan diberikan data lengkap kayak prospektus investasi. Mulai dari tempat, biaya, perijinan, keuntungan, semuanya transparan dan sesuai dengan kenyataan. Sedang di batam meski sudah dibikin “se-manis” mungkin, tetap tidak manis. Ada rasa manis campur pahit dan asin, hingga investor mulai pikir-pikir ragu sebelum akhirnya menyesal.
Ada persoalan pelik yang sebenarnya bukan masalah mereka, tapi dibebankan pada para investor ini. Peran otoritas batam ini tidak sama dengan otoritas singapura. Bila disana silahkan investasi dan nikmati, maka di batam silahkan investasi, bangun, perbaiki persoalan saya, dan mungkin akan anda nikmati hasil investasinya.
Persoalan upah buruh yang diperkirakan menjadi persoalan hengkangnya para investor ini sebenarnya bagai pucuk gunung es. Ada persoalan mendasar di sistem pengelolaaan investasi di batam yang tidak professional. Ini bisa system atau orang yang mengelolanya yang harus diperbaiki dulu.