PLTN Antara Ketakutan dan Kebutuhan

02 June 2015

Saat Jerman mau menghapus PLTN-nya, banyak Negara yang gamang untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir ini, salah satunya adalah Indonesia. Apalagi dengan deretan kasus, seperti chernobil dan Fukusima akhir-akhir ini. Jadi membuat keraguan dan ketakutan bertambah besar.

Namun kebutuhan akan listrik yang besar, membuat wacana membangun PLTN mengemuka kembali. Memang pada saat pencanangan infrastruktur listrik 35 ribu MW, tidak disebutkan akan membangun PLTN. Namun gelagat ketertarikannya tercium saat beberapa konsorsium asing yang bermain di PLTN mengajukan beberapa proposal.

Pemerintah sendiri terlihat masih ragu, meskipun sudah banyak melakukan riset dan survey, baik lokasi, teknologi yang akan dipakai serta itung-itungan dananya. Semuanya itu tak kunjung memberi tanda akan membangun PLTN dalam waktu dekat. Ada memang PLTN laboratorium untuk penelitian dan kesehatan, namun bukan untuk menghasilkan listrik dalam skala besar.

Banyak pengamat yang meragukan program infrastruktur listrik 35 ribu MW bisa berjalan tanpa PLTN. Ini karena mahalnya dana untuk membangun infrastruktur listrik tersebut, juga persoalan tarif yang akan diberikan. Bila dilihat selama ini tarif listrik yang dipakai, meski masih disubsidi sebagian sudah naik dengan teratur.

Bila dilihat untuk tarif listrik industri nampak sudah cukup mahal. Ini bila dibandingkan dengan beberapa Negara lain seperti Cina, disana tarif listriknya lebih murah, maka wajar harga produk-produknya bisa lebih murah dan bersaing. Bila Indonesia masih takut untuk membangun PLTN, bisa jadi sudah kalah selangkah dalam bersaing.

Sebenarnya tidak murah membangun PLTN, namun saat sudah berjalan rasio ongkos produksinya menjadi lebih murah. Ini yang membuat jerman belum juga menghapus seluruh PLTN-nya, meski sudah dicanangkan satu dekade yang lalu. Permasalahannya memang sulit mencari pengganti penyedia listrik yang murah.

Sedang energi terbaharukan seperti panel surya, atau kincir angin masih terbilang belum optimal. Di Inggris saja rasio energi terbaharukannya mulai beranjak naik, meski masih memakai PLTN sebagai backbonenya. Bagi Indonesia harusnya berkaca pada Negara lain.

Lihat sisi daya saingnya bagi industri, memang SDM kita masih kurang. Cukup beresiko dengan SDM yang masih bergelimang dengan korupsi dan tidak disiplin. Jepang saja yang dikenal dengan SDM yang bagus masih bisa kebobolan. Meskipun tidak sepenuhnya karena SDM, tapi gempa yang membuat kebocoran di Fukusima.

Jadi Indonesia harusnya sudah memulai membangun PLTN, ini bila tidak ingin tertinggal dalam persaingan ekonomi. Persoalan keselamatan memang harus diprioritaskan. Bila SDM kita masih belum bisa diandalkan, ambil saja beberapa SDM asing yang mumpuni untuk membangun dan mengelola PLTN tersebut.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013-2015. Analisa Investasi - All Rights Reserved
-->